Opini  

Lembah Bengawan Solo pada Awal Abad ke-20

Lembah Bengawan Solo pada Awal Abad ke-20
Peta Bengawan Awal Abad 20

Oleh : Totok Supriyanto

Dibutuhkan waktu sekitar dua puluh empat jam bagi air untuk mengalir dari Panolan hingga Ujung Pangka.

Wilayah sekitar aliran Bengawan Solo dikenal sebagai Lembah Bengawan, yang secara geografis terbagi menjadi dua bagian: lembah bagian atas dan lembah bagian bawah.

Masing-masing mencakup sekitar setengah dari perjalanan sungai tersebut.

Secara sederhana, batasnya dapat ditarik sebagai garis bujur utara-selatan, mulai dari timur Kota Tuban hingga ujung barat lereng Bukit Pegat dan lereng timur Perbukitan Ratu (Gunung Pandan).

Di bagian atas Lembah Bengawan, yang terletak di sebelah selatan Blora dan sebelah barat Bojonegoro, merupakan salah satu dataran paling jarang penduduknya di Jawa.

Sebagian besar wilayah lembah ini digunakan untuk lahan sawah, dengan irigasi yang cukup baik.

Namun, di sini, tanah yang berbukit membentuk tebing-tebing tinggi di kedua sisi bantaran sungai, dengan ketinggian mencapai 40-70 meter.

Sebagian besar wilayah ini ditumbuhi pohon jati. Hanya di beberapa sungai kecil terdapat sawah-sawah dan desa-desa yang menembus hutan hingga ke kaki bukit.

Di sepanjang tepian Bengawan, mulai dari Ngluwak (Luwihaji, Bojonegoro), terdapat deretan desa-desa yang cukup ramai.

Wilayah yang paling ramai adalah di kota kembar Ngareng-Padangan. Ngareng, yang juga disebut Cepu atau Plunturan, terletak di tepi utara kelokan tajam Bengawan yang mengarah ke timur.

Padangan, yang berada di seberang Bengawan, berpusat sedikit lebih hilir, pada kelokan berikutnya.

KONTEN MENARIK UNTUK ANDA

KONTEN PILIHAN UNTUK ANDA