Sekolah Sisan Ngaji, Antara Busana Muslim dan Beban Baru

KABARCEPU.ID – Ada pengalaman unik yang dialami oleh anak-anak di sekolah negeri. Kebetulan, di semua sekolah negeri terdapat program “Sekolah Sisan Ngaji” yang sudah dirintis sebulan sebelum bulan Ramadhan.

Gagasan program ini di Blora pertama kali dipelopori oleh SMPN 2 Blora, salah satu sekolah unggulan di sana. Tujuan dibentuknya program ini tidak lain untuk membangun akhlak anak-anak yang semakin luntur akibat keberadaan gadget.

Pada momen bulan Ramadhan tahun ini, ada jadwal di mana seluruh siswa beragama Islam diwajibkan memakai busana Muslim.

Tanpa mempedulikan siswa yang kesehariannya tidak memakai jilbab, pihak sekolah seolah mewajibkan anak-anak untuk memakai busana Muslim lengkap dengan jilbabnya.

Hal ini menyebabkan beberapa anak merasa terpaksa dengan busana yang tidak dikehendaki. Sehingga pada saat pulang sekolah (masih di lingkungan sekolah), si bocah sudah melepas jilbabnya karena gerah.

Berdasarkan cerita siswa yang terpaksa berjilbab pada saat bulan Ramadhan, jilbab menjadi beban baru bagi mereka yang tidak terbiasa dengan busana Muslim plus jilbab.

KONTEN MENARIK UNTUK ANDA

Poin penting di “Sekolah Sisan Ngaji” sebenarnya bukan pada wilayah busananya, tetapi lebih pada penataan akhlak mulia pada semua siswa. Percuma mereka berbusana Muslim ala Timur Tengah tapi akhlaknya masih berantakan.

Seperti apa yang telah dialami oleh salah satu siswa SMP 2 yang terpaksa memakai jilbab, oleh temannya dia dikatakan sudah insyaf/mendapat hidayah atau hijrah.

Ini yang membuat si bocah semakin tertekan karena jilbab baginya hanya bagian dari mode saja. Jika dikaitkan dengan kewajiban muslimah mengenakan jilbab, hal ini membuat beban baru bagi si anak.

Jadi, budaya Islam Nusantara pada hakekatnya sangat berbeda dengan budaya Islam Timur Tengah. Budaya tersebut lahir sesuai dengan kondisi alam di masing-masing daerah.

Busana Timur Tengah tidak bisa dipakai sebagai busana Muslim seluruh dunia. Toh di Indonesia, busana yang kita kenakan dalam batas kepantasan umum.

Apalagi siswa SMP 2 Blora semuanya dalam keseharian mengenakan rok/celana panjang serta atasan pendek, dan itu jauh dari kata syahwat.

KONTEN UNIK DARI SPONSOR UNTUK ANDA

Berita Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img

Berita Terkait

Refleksi Tahun 2025: Tantangan Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Pergantian tahun itu datangnya pasti. Namun, kepastian itu kadang disikapi dengan rasa dan upaya yang sama dan biasa....

Ketika AI Masuk Pesantren

Oleh: Djati Sucipto Sebuah peradaban baru. Benarkah demikian? Itulah kini yang sedang diperbincangkan banyak pihak. Masuknya Artificial Intelligence (AI)...

Lembah Bengawan Solo pada Awal Abad ke-20

Oleh : Totok Supriyanto Dibutuhkan waktu sekitar dua puluh empat jam bagi air untuk mengalir dari Panolan hingga Ujung...

Cepu Raya, Selagi Masih Bisa Bermimpi

Oleh: Djati Sucipto Mimpi ini masih terus berlanjut. Entah kapan terbangun, entah kapan pula bisa terwujud. Kawasan Cepu Raya...

Genjer, Tanaman Terlarang di Zaman Orde Baru

KABARCEPU.ID -  Menu andalan orang kampung yang tidak memakan biaya alias ngirit salah satunya adalah tumis genjer plus...

Lebih Menghargai Peran Ibu di Hari Ibu

KABARCEPU.ID - Di Hari Ibu, sosok luar biasa ini dikenal mampu menjalankan tugasnya tanpa mengenal lelah dan tanpa...

Agama, Hambatan Terakhir Kemerdekaan Pikiran

KABARCEPU.ID - Pada dasarnya, pikiran adalah alat yang diberikan kepada manusia untuk bisa bertahan hidup. Namun, terkadang manusia juga...

Perempuan 40 Tahun dan Lelaki Idaman

KABARCEPU.ID - Usia 40-an adalah masa di mana banyak perempuan mulai mencari kesenangan dan kebahagiaan baru. Salah satu bentuk...