KABARCEPU.ID – Indonesia memang negara dengan kulture atau budaya yang beraneka ragam salah satunya di budaya gas deso atau sedekah bumi.
Di wilayah Kabupaten Blora, musim gas deso ini dilaksanakan setelah masa musim panen yang biasanya jatuh di bulan Selo -bulan hitungan Jawa.
Setelah panen, sebagai bentuk rasa syukur kepada alam yang telah memberikan rizkinya pada para petani sehingga warga bisa hidup berkecukupan. Budaya, gas deso menjadi perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta.
Perayaan gas deso ini tidak serentak dilakukan, tapi setiap desa memiliki hari sendiri untuk merayakan, contohnya desa Tutup Kecamatan Tunjungan, musim gas deso-nya jatuh di hari Sabtu Pahing.
Budaya Gas Deso Ajang Silaturrahmi
Terdapat bermacam-macam ambeng -nasi untuk di sedekahkan atau dibagi-. Mereka membuat ambeng lengkap dengan bumbunya.
Tak ketinggalan jajan pasar seperti dumbeg, iwel-iwel, nogosari, gemblong, tape ketan dan masih banyak lagi.
Setelah terkumpul, baru mereka mengundang warga desa lain atau dukuh lain untuk sekadar makan bareng atau bisa dibawa pulang.
Momen gas deso di Blora, masing-masing desa mempunyau cara perayaan sendiri. Ada yang nanggap -atau hiburan- dangdut, kethoprak, barongan, wayang, karnaval atau arak-arakan keliling kampung dan masih banyak lagi. Tergantung kesepakatan warga dan pihak desa-nya.
Uniknya lagi, di momen gas deso dipakai sebagai ajang silaturahmi antar warga desa. Kesempatan gas deso, setiap keluarga akan memasak menu spesial, tidak seperti hari biasa.
Karena dia tahu, di hari itu akan ada banyak tamu yang berkunjung ke rumah. Terlebih bagi keluarga yang memiliki anak sekolah SMP atau SMA. Pasti akan dikunjungi teman-teman dari sekolahnya masing-masing.
Tradisi masih terawat dan lestari, semoga tidak muda luntur karena perkembangan zaman. Apalagi tradisi seperti ini penting demi menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat serta menanamkan jiwa gotong royong. ***