KABARCEPU.ID – Gunung Pontang Blora yang terletak di Bleboh, Jiken, Jawa Tengah, kini menjadi pusat perhatian sebagai situs sejarah dan wisata edukasi.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora dan Pemerintah Desa Bleboh bekerja sama untuk mempromosikan dan mengembangkan potensi budaya Suku Kalang.
Suku Kalang di Blora adalah salah satu komunitas tertua di Pulau Jawa, yang konon telah ada sejak zaman Megalitikum.
Keunikan dan Sejarah Gunung Pontang Blora
Gunung Pontang tidak hanya menawarkan nilai sejarah dan budaya tetapi juga memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.
Dengan pengelolaan yang terstruktur, kawasan ini bisa menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Blora.
Wisatawan yang berkunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan alam tetapi juga belajar tentang sejarahnya.
Situs Makam di Gunung Pontang
Gunung Pontang di Desa Bleboh, Kecamatan Jiken, diakui sebagai lokasi situs kubur Manusia Kalang.
Berdasarkan informasi dari website resmi Pemerintah Kabupaten Blora, situs ini berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat kota.
Di kawasan hutan Bleboh, ditemukan 23 makam kuno yang merupakan peninggalan Manusia Kalang.
Makam-makam ini biasanya ditandai dengan batu besar, dan proses pemakaman mereka mengadopsi Konsepsi Chtonis.
Dalam praktik ini, posisi kepala diletakkan ke arah timur dan kaki ke arah barat, yang melambangkan siklus kehidupan.
Peninggalan Berharga dan Kajian Akademik
Benda-benda peninggalan yang ditemukan di makam Wong Kalang mencakup sabit, golok, mata tombak, dan pangot. Saat ini, beberapa artefak tersebut disimpan di Rumah Artefak Blora.
Baru-baru ini, muncul usulan untuk melakukan kajian akademik lebih lanjut tentang Manusia Kalang, yang dicetuskan dalam diskusi di Rumah Artefak.
Menurut pengelola Rumah Artefak, Lukman Wijayanto, penelitian menunjukkan bahwa Manusia Kalang sudah ada sejak 2500 tahun yang lalu.
Peran Manusia Kalang dalam Sejarah
Manusia Kalang juga memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, termasuk saat masa Kerajaan Majapahit.
Mereka dipercaya ditugaskan untuk menjaga dan mengelola hutan jati, berkat keahlian mereka dalam bidang pertukangan, perkayuan, dan tembaga.
Catatan sejarah mencatat keterlibatan mereka dalam pemindahan kraton dari Kota Gede ke Pleret atas permintaan Sultan Agung.
Tantangan Akses dan Kondisi Jalan
Meskipun Gunung Pontang menawarkan potensi wisata yang menarik, akses menuju lokasi masih menjadi tantangan.
Dari pusat kota Blora, lokasi ini berjarak sekitar 27 kilometer, dengan kondisi jalan yang berlubang dan berliku.
Pengunjung harus menempuh jalan setapak sekitar dua kilometer untuk mencapai lokasi kubur yang bisa dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua, namun perlu ekstra hati-hati.
Dengan upaya ini, Pemkab Blora berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keberadaan Suku Kalang dan melestarikan warisan budaya yang ada.
Kepala Desa Bleboh menyebutkan bahwa pembangunan akses jalan menuju lokasi Gunung Pontang Blora akan dilakukan secara bertahap.
Keberhasilan pengelolaan destinasi wisata ini sebagai upaya peningkatan fasilitas dan daya tarik wisata.
Sehingga dapat menjadi model bagi desa-desa lain dalam memanfaatkan potensi lokal untuk kesejahteraan masyarakat. ***