KABARCEPU.ID – Potensi wisata di Blora kategori religi, memang patut untuk dikunjungi, berziarah di makam para pendahulu yang menjadi bagian dari sejarah perjuangan pada masanya.
Peziarah perlu perjuangan dalam melakukan perjalanan menuju lokasi wisata di Blora ini. Sebab, sebagian dari makam untuk diziarahi tersebut berada diatas perbukitan.
Selama ini, ternyata tidak menyurutkan semangat dari peziarah yang melakukan wisata di Blora untuk mencapai lokasi makam.
Medan yang dilalui memang cukup menantang, karena letaknya berada di perbukitan, sangat cocok untuk olah kebatinan.
Dari sekian jujugan para peziarah, ada makam pejuang wanita dari Aceh. Selain itu, ada juga cerita seorang anak kiai yang suka mencuri atau maling.
1. Makam Jati Kusumo dan Jati Swara
Makam Jati Kusumo dan Jati Swara terletak di Desa Janjang Kecamatan Jiken + 31 Km ke arah Tenggara dari Kota Blora atau + 10 Km dari Kecamatan Jiken.
Mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut cerita Rakyat Pangeran Jati Kusumo dan Pangeran Jati Swara adalah dua bersaudara putera dari Sultan Pajang.
Ada tempat untuk menyendiri, lokasi berada di bukit. Untuk mencapai lokasi tersebut, harus melewati ratusan anak tangga.
2. Petilasan Kadipaten Jipang
Petilasan Kadipaten Jipang terletak di Desa Jipang, Kecamatan Cepu + 45 Km ke arah Tenggara dari kota Blora.
Obyek wisata ini merupakan peninggalan sejarah dan adat budaya. Kadipaten Jipang Panolan terletak di Desa Jipang Kecamatan Cepu, yang letaknya persis di pinggir Sungai Bengawan Solo.
Disamping sebagai pusat pemerintahan juga sebagai Bandar perdagangan dengan memanfaatkan sungai Bengawan Solo.
Di lokasi ini terdapat sejumlah makam keramat di Gedong Ageng dan 9 makam yang dipercaya sebagai Santri Songo.
Kadipaten Jipang saat itu dibawah pemerintahan Arya Penangsang dengan kudanya yang terkenal sakti bernama Gagak Rimang, yang sampai saat ini diabadikan menjadi nama RSPD Kabupaten Blora.
3. Makam Pahlawan Wanita dari Aceh
Makamnya terletak di Pemakaman Umum di Desa Temurejo Kecamatan Blora + 5 Km kearah Utara dari Alon-alon kota Blora.
Dia adalah pahlawan wanita dari Aceh, oleh Belanda diasingkan di daerah Blora dan meninggal pada tahun 1937, dan dimakam kan di Desa Temurejo Kecamatan Blora.
4. Makam Maling Gentiri
Makam maling Gentiri terletak di Desa Kawengan kecamatan Jepon + 12 Km kearah timur dari kota Blora, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Menurut buku karya Sartono Dirjo tahun 1984, serta buku tradisional Blora karya Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo tahun 1996, serta hasil dari cerita rakyat.
Gentiri adalah anak dari Kiai Ageng Pancuran yang pada saat hidupnya mempunyai kesaktian tinggi , suka menolong kepada orang yang sedang kesusahan, orang yang tidak mampu dan sebagainya.
Namun dia suka mencuri atau maling bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk orang lain yang sedang kesusahan. Maling Gentiri dijuluki Ratu Adil yang dianggap sebagai tokoh yang suka mengentaskan rakyat dari kemiskinan.
Dengan perjalanan sejarah yang panjang akhirnya Maling Gentiri sadar dan semua perbuatan yang melanggar hukum.
Dia tinggalakan, akhirnya dia meninggal dan dimakamkan di Desa Kawengan Kecamatan Jepon. Karena jasa-jasanya banyak masyarakat setempat atau dari daerah lain yang datang ke makam tersebut karena masih dianggap keramat atau Karomah baik berziarah maupun tujuan tertentu.
5. Makam Purwo Suci Kedungtuban
Makam Purwo Suci Kedungtuban terletak di dukuh Kedinding Desa Ngraho kecamatan Kedungtuban + 43 Km kearah tenggara dari kota Blora.
Mudah dijangkau kendaraan roda dua ataupun roda empat sampai kejalan desa, serta jalan kaki sambil menikmati pemandangan alam untuk mencapai ke makam + 500 m karena letaknya berada di puncak perbukitan dengan luas areal + 49 m2.
Menurut informasi atau cerita dari masyarakat setempat, makam Purwo Suci adalah makam seorang Adipati Panolan sesudah Aryo Penangsang bernama Pangeran Adipati Noto Wijoyo.
Didalam halaman makam tersebut juga terdapat makam Nyai Tumenggung Noto Wijoyo. Karena jasa-jasanya, sampai saat ini masih dikunjungi masyarakat untuk tujuan tertentu.
Bahkan pernah dipugar oleh Bupati Blora pada tahun 1864 dengan memakai sandi sengkolo, Karenya Guna Saliro Aji 1864.
Menurut cerita yang panjang, makam ini cocok dikunjungi wisatawan yang senang olah roso dan olah kebatinan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.***