KABARCEPU.ID – Gunung Ijen terletak diantara Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, bukanlah destinasi wisata biasa.
Bagi para petualang sejati, mendaki Gunung Ijen menjadi sebuah tantangan yang menggugah semangat.
Bukan hanya pemandangan indah yang menanti di puncak Gunung Ijen, melainkan sebuah keajaiban alam yang memukau di malam hari, Blue Fire.
Para pendaki dengan tekad pantang menyerah akan menempuh jalur menantang untuk mencapai Kawah Gunung Ijen.
Meskipun harus rela melewatkan tidur demi memulai perjalanan dini hari, pesona Blue Fire yang menari-nari di kegelapan menjadi obat lelah yang tak tergantikan.
Fenomena ini bukanlah api nyata, melainkan akibat gas belerang bersuhu tinggi yang bersentuhan dengan udara malam.
Cahaya birunya yang kontras dan memesona menjadi daya tarik utama, bahkan menjadikan Kawah Ijen satu-satunya destinasi wisata sejenis di Indonesia.
Bagi yang tak ingin mendaki, kawasan Kalipuro bisa menjadi pilihan untuk bermalam.
Perjalanan menuju Paltuding memakan waktu sekitar satu jam, dilanjutkan dengan trekking selama dua jam ke Kawah Ijen.
Dengan perkiraan ini, wisatawan harus memulai perjalanan dari Kalipuro sekitar pukul 01.30 dini hari.
Keunikan Blue Fire yang kontras dengan suasana malam menjadi daya tarik utama bagi para penikmat keindahan alam.
Fenomena ini hanya dapat ditemukan di satu tempat di Indonesia, yaitu di Jawa Timur.
Dahulu, kawasan Kawah Ijen jauh lebih luas. Namun letusan dahsyat 3500 tahun silam menghasilkan dua gunung kembar, salah satunya Gunung Merapi yang padam.
Nama Ijen sendiri menunjukkan bahwa gunung ini memiliki kawah satu-satunya di antara gunung-gunung di sekitarnya, seperti Meranti, Gunung Raung, dan Kawah Wurung. Kata Ijen dalam bahasa Jawa berarti “sendiri”.
Menurut catatan pengelola Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Gunung Ijen telah meletus sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1796, 1817, 1913, dan terakhir pada tahun 1936.
Gunung ini juga menjadi sumber pendapatan bagi warga sekitar menghasilkan dengan belerang hingga jutaan meter kubik setiap tahunnya .
Namun, para buruh Kawah Ijen yang bekerja keras mengangkut belerang hanya dihargai Rp900/kg dan Rp1.000/kg untuk putaran kedua.
Rata-rata, mereka mampu mengangkut 60 kg belerang dalam dua putaran per hari.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, beberapa buruh juga bekerja sebagai pemandu bagi para pendaki.