Arsip Tag: Kota Cepu

Taman Seribu Lampu Makin Mempesona

KABARCEPU.ID – Setelah mendapat sentuhan Pemerintah Kabupaten Blora, Taman Seribu Lampu (TSL) Cepu, semakin mempesona.

Berbagai ornamen termasuk hiasan lampu berwarna-warni menambah keindahan Taman Seribu Lampu saat malam hari. Sehingga, menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjunginya.

Taman yang mengusung konsep tematik, menjadi jujugan warga untuk melepas lelah. Terlebih, dengan tidak adanya Pedagang Kaki Lima (PKL) diatasnya.

Diujung timur berdiri kokoh Patung Arjuna Wiwaha yang dibangun pada tahun 2017 lalu. Kemudian melintang ke barat, terdapat ikon baru kota perbatasan itu. Air mancur Simpang Tujuh maupun unit pompa angguk alat menambang minyak.

Tak heran, jika taman itu menjadi pilihan masyarakat saat sore maupun malam hari untuk sekadar bersantai sambil mengobrol. Tidak lupa untuk berswafoto.

Kepala Dinas Perumahan Permukiman dan Perhubungan (Dinrumkimhub) Blora, Syamsul Arif melalui Kepala Bidang Kelistrikan dan Pertamanan, Langgeng Warsito, menuturkan, Taman Seribu Lampu Cepu didesain berarsitektur modern, berikut tempat sampah berdesain modern. Bagi yang belum terbiasa, mungkin tidak tahu, di sekitar tempat duduk taman ada tempat sampah.

“Kami menyediakan tidak kurang dari 24 tempat sampah portebel di tempat itu,” katanya.

Lalu adanya pompa angguk sumur minyak hibah dari Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Cepu. “Kami juga ingin ada lokomotif kereta api tua di tengah taman. Namun permohonan hibah ke PT Kereta Api Indonesia (KAI) belum disetujui,” tandas Langgeng Warsito.

Sebagai ganti lokomotif, pihaknya memajang selender yang sebelumnya terpasang di depan kantor Pekerjaan Umum Cepu. “Kami pindahkan selender itu ke taman,” katanya.

Diketahui perbaikan taman seribu lampu pada taman enam,  menelan biaya dari APBD Kabupaten Blora tahun 2018 senilai Rp2.085.789.200.  Adapun batas waktu pengerjaan pada 6 Desember 2018.***

Pujasera Cepu Urung Difungsikan

KABARCEPU.ID – Kawasan Pusat Jajanan Serba Ada di Kota Cepu (Pujasera Cepu) yang dibangun tahun 2017 lalu, sampai saat belum juga ditempati pedagang. Padahal, masyarakat sudah menunggu difungsikannyaa tempat tersebut.

“Masih menunggu petunjuk dari Blora. Belum ada kepastian waktunya,” ujar Kepala UPT Pasar Wilayah II Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Blora, Sofaat.

Menurut Sofaat, masih ada beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan pihaknya. “Hingga sekarang etalase yang dipesan belum jadi. Sehingga kami belum bisa menentukan kapan Pujasera ini bisa dimanfaatkan untuk berdagang,” kata dia.

Sesuai perencanaan, pujasera yang berada di Plasa Mustika Cepu ini nantinya disediakan 42 lapak.

“Hanya 42 lapak yang tersedia, tetapi jumlah pedagang yang mendaftar ada 88 orang. Artinya, kami harus seleksi pedagang dulu sebelum mereka menempati,” ujar mantan kepala sekolah ini.

Dia menambahkan, pujasera hanya bisa ditempati pedagang yang berjualan makanan kering. Bagi pedagang yang membuka warung makan, tentu saja tidak akan mendapat ijin.

“Kami menginginkan pujasera harus selalu bersih. Warung makan jelas tidak bisa karena kami tidak menyediakan tempat cuci piring,” katanya.

Mengenai molornya pemanfaatan pujasera, Sofaat mengaku belum bisa memastikan. “Tidak lama lagi akan ada seleksi pedagang. Itupun menunggu petunjuk dari Blora, karena teknisnya belum dibahas,” pungkas Sofaat.***

Salah Arah, Tronton Terjebak di Tengah Kota Cepu

KABARCEPU.ID – Akibat tidak mengenal rute dan salah arah, sebuah truk tronton terperosok dan terjebak di tengah Kota Cepu.

Kendaraan besar bermuatan semen ini terjebak di Kota Cepu pada Jumat pagi sekira pukul 03.00 WIB di seputaran Tugu 20 Mei.

Si pengemudi, Junadi, mengaku tidak mengenal medan yang akan dilaluinya. “Saya berangkat dari Mantingan, Rembang. Sampai Cepu waktu saya beli solar, saya ketinggalan teman-teman.

Katanya setelah lampu bangjo belok kanan, ternyata salah. Yang dimaksud lampu bangjo yang di Padangan,” ungkap Junadi menceritakan nasib buruknya.

Laki-laki asal Lasem Rembang ini mengatakan, tronton bermuatan semen tersebut sedianya berangkat dari Rembang menuju Madiun.

“Saya sendirian nyopir, nggak ada kernetnya,” ujarnya polos ketika dimintai keterangan KabarCepu.

Hingga berita ini ditayangkan, kendaraan bernomor polisi S 9214 UH ini masih dalam posisi terjebak bekas galian kabel yang berada tepat di depan Patung Djati Kusumo.***

Ludes, Rumah Suroso di Cepu Dilalap Si Jago Merah

KABARCEPU.ID – Belakangan, berbagai bencana melanda beberapa daerah di Indonesia tak terkecuali di Kota Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Satu jam yang lalu, sebuah rumah di kawasan padat penduduk di RT 03 RW 11 Balun Sawahan Kelurahan Balun, Kecamatan Cepu, ludes terbakar.

Beruntung, dalam kejadian itu tidak menimbulkan korban jiwa, kerugian ditaksir mencapai jutaan rupiah.

“Saat itu terlihat asap hitam dari ruang tengah,” ujar Agung, warga sekitar yang melihat langsung kejadian naas tersebut kepada kabarcepu.com, Rabu (29/11/2017). “Peristiwa terjadi pukul 11.30,” tambah pria 32 tahun ini.

Warga yang mengetahuinya, mancoba menyelamatkan membantu memadamkan api dan mencoba menyelamatkan barang-barang namun tidak bisa.

“Kami sudah mencoba mendobrak pintu, karena memang kondisi pintu terkunci dan tidak ada penguninya,” ujarnya.

Lantaran rumah berbahan kayu, api dengan cepat merembet dan membasar. Sehingga warga mengurungkan niatnya untuk masuk rumah. “Api dengan cepat membesar, saat mau masuk, di dalam rumah tampak gelap,” kata dia.

Kurang dari satu jam, rumah keseluruhan sudah terbakar. Hingga pukul 12.10, dari pantauan KabarCepu, pemadam kebakaran belum mencapai titik lokasi kebakaran lantaran  tidak bisa masuk lingkungalantaran gapura dan jalan sempit. Sehingga kendaraan tidak bisa masuk lokasi.

“Gapura terlalu kecil, kendaraan pemadam tidak bisa masuk ” tambah Pardi warga lainnya.

Diketahui, rumah tersebut milik almarhum Suroso, yang saat ini ditempati anak-anaknya. “Sementara yang menempati Pak Danang,” tambah Agung warga.

Tampak dari petugas kepolisian mengamankan lokasi dibantu Satpol PP serta relawan lain.

Petugas pemadam kebakaran juga tampak sibuk memadamkan api dengan menarik selang pemadam dari ujung gapura pintu masuk hingga titik kebakaran.***

Pujasera Cepu 24 Jam Akan Dibuka Desember

KABARCEPU.ID – Pusat Jajanan Serba Ada (pujasera) di Cepu akan dibuka Desember 2017. Demikian disampaikan Kepala Pasar Plasa Cepu, Dasar. “Bulan Desember sudah bisa dipergunakan, karena direncanakan akhir bulan ini pembangunan sudah selesai,” ujar Dasar ketika ditemui kabarcepu.com, Rabu (1/11/2017).

Menurut Dasar, Pujasera satu-satunya di Kota Cepu ini nantinya bisa menjadi tujuan wisata kuliner. “Ya, kami berharap tempat ini nanti bisa menambah keramaian yang ada di Cepu. Apalagi beraneka macam makanan matang dijajakan. Masyarakat sudah menunggu tempat seperti ini,” jelas pria asal Randublatung tersebut.

Dasar mengatakan, hanya pedagang makanan yang diperbolehkan menempati lapak yang disediakan. “Namanya Pujasera, hanya penjual makanan dan minuman yang diperbolehkan,” ujarnya sambil menyebutkan pihaknya telah membentuk tim untuk mendata calon penjaja makanan di Pujasera.

Saat ini, pembangunan lapak dan penyediaan tempat parkir sedang dikebut. Akhir tahun ini, Pujasera direncanakan sudah bisa menjadi sasaran para pemburu kuliner. “Rencana buka 24 jam, tapi tetap kita lihat nanti perkembangannya seperti apa. Tempat parkir mobil juga disediakan,” kata penyuka nasi pecel ini santai.

Dia mengatakan sudah melakukan pendataan pedagang. “Yang kita utamakan yang berjualan di sini dulu. Tidak menutup kemungkinan pedagang dari luar bisa masuk asalkan masih tersedia lapak. Soal kebersihan, kami sudah menyiapkan petugas khusus penjaga kebersihan,” ujar pria 57 tahun ini mengakhiri perbincangan. (*)

3 Taman di Cepu Ada Wifi Gratis

KABARCEPU.ID – Masyarakat Cepu, Jawa Tengah, saat ini bisa menikmati Wifi gratis di tiga taman di Cepu yang tersebar diantaranya, Taman Pemuda, Taman Djatikusumodan Taman Tuk Buntung.

Tahun 2017 ini, Dinas Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Blora, memasang wifi grasti di 11 titik se-Kabupaten Blora, tiga titik diantaranya berada di Cepu.

Menurut Sugiyono,  Kepala Dinas Kominfo Blora, masyarakat yang ingin menikmati cukup mendekat di tempat-tempat itu. Masyrakat juga tidak perlu mengunakan pasword. Karena ketika mendekat akan otomatis menyambung.

Keberadaaan Wifi gratis ini menurut Sugi, sapaan akrabnya, adalah untuk memberikan kemudahan kepada masyrakat untuk mendapatkan jaringan internet gratis.

Selain itu, juga dengan wifi ini bisa menjadi alternatif  bagi mereka yang belum bisa memasang internet di rumahnya. Sehingga bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyrakat.

Lebih lanjut Sugi menjelaskan, dengan dipasanganya wifi ini harapannya bisa dimanfaatkan bagi pelajar untuk mengerjakan soal atau masyrakat untuk melakukan kelancaran bagi bisnis mereka.

Tetapi Kominfo juga tidak menutup kemungkinan terkait bahayanya untuk digunakan mengakses konten yang tidak seharusnya.  “oleh sebab itu kami tetap akan melakukan pengawasan,” tuturnya.***

Terminal Cepu Libatkan Warga Sekitar

KABARCEPU.ID – Sebanyak 12 orang dari wilayah Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah, direkrut menjadi tenaga kontrak pada Terminal Cepu.

Perihal perekrutan tenaga kontrak pada Terminal Tipe A Cepu itu diungkapkan oleh Agus Warih Sungkowo, Kepala Terminal Cepu, Jawa Tengah.

Dia menjelaskan, sejumlah orang tersebut menempati beberapa posisi. “Tenaga kebersihan, Tenaga Keamanan, serta Tenaga Pramubakti. Keberadaan mereka memang sangat diperlukan oleh Terminal,” terangnya.

Menurutnya, mereka sangat membantu meringankan pekerjaan, terlebih saat ini terminal buka selama 24 jam. Dibagi menjadi 3 sift. Mereka bertugas mencatat  kendaraan yang keluar masuk terminal beserta jumlah penumpang serta menjaga keamanan.

Terlebih, lanjut dia, adalah tenaga kebersihan. Untuk setiap saat membersihkan kawasan terminal. “Sekarang Terminal tampak bersih dan toilet juga bersih. Sehingga membuat nyaman pengguna jasa angkutan selama berada di terminal,” terangya. (*)

Jamu Instan Buah Tangan PKK Desa Kapuan

KABARCEPU.ID – Di tangan PKK Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah, jamu instan berhasil diracik untuk dapat dikonsumsi terus menerus secara baik dan sehat.

Perasan sari empon-empon  ini, tanpa ampas dan memiliki rasa enak yang banyak disukai orang. Bahkan, buah tangan itu telah menembus pasar Kota Surabaya dan berhasil merubah kebiasaan peminum minuman keras beralih pada minuman hasil produksi PKK Kapuan.

Siti Hanifah, Ketua Tim Penggerak PKK Desa Kapuan, menjelaskan, serbuk jamu instan hasil produksinya cukup menarik perhatian. Meskipun dalam prosesnya hanya menggunakan alat manual. Seperti parut dan wajan untuk menyeduh jamu. “Semua manual, tidak ada mesin sama sekali dalam pembuatanya,” kata dia.

Tidak berbeda dengan pembuatan jamu pada umumnya. Setelah bahan-bahan yang dibutuhkan dicuci bersih, kemudian diparut dan diperas untuk mengambil sarinya. Setelah itu, lanjutnya, sari dari perasan itu didiamkan sejenak supaya ampas mengendap. “Baru kemudian diseduh hingga mendidih, baru kemudian dicampur dengan gula pasir atau gula jawa sampai mengental dan mengkristal hingga menjadi serbuk,” terangya.

Kenapa dalam prosesnya menggunakan gula asli, kata dia, karena untuk mempermudah pengkristalan. “Jika menggukan pemanis buatan maka tidak mungkin bisa jadi,” terangnya. Bahan-bahan yang digunakan pun mudah ditemui dipasar. Seperti jahe, Kunyit, temu lawak, dan kencur. Dalam proses pembuatannya, wanita lulusan IAIN Walisongo Surabaya tahun 2003 ini.

Dari usahanya itu, ada beberapa produk yang berhasil dia pruduksi. Diantaranya, jamu kunyit asem instan, beras kencur instan, minuman jehe instan, serta temu lawak instan. “Semua telah mendapat rekomendasi dari petugas kesehatan dan dinyatakan aman dikonsumsi,” ujarnya.

Pasalnya, dalam proses produksinya didampingi pula dari petugas kesehatan Puskesmas setempat. Seteleh diamati, ternyata jamu tersebut tidak ada endapan ampas dan aman dikonsumsi secara terus menerus. “Karena ampas sendiri sebenarnya tidak baik untuk ginjal karena bersifat lengket,” ujarnya.

Selain tanpa ampas, lanjut dia, dibandingkan dengan jamu perasan lainnya adalah tidak memiliki bau menyengat. “Baunya lebih ringan dan lebih aman, jamu instan ini juga memiliki  keunggulan lebih cepat diserap oleh tubuh. Serbuknya lebih tahan lama hingga satu tahun jika disimpan dalam wadah dan ditutup rapat,” jelasnya saat ditemui di kediamannnya, beberapa waktu lalu.

Dirinya mengaku, dalam satu bulan bisa melakukan pengiriman sebanyak tiga kali ke Surabaya yang kemas dalam wadah plastik yang tertutup rapat ukuran 1 kg. “Untuk sementara memang baru memasarkan di Surabaya dan sebagian kecil di Malang. Karena memang dalam penjualan melalui saudara- saudara di sana,” ungkapnya.

Tidak disangka jika di Surabaya, banyak peminat jamu instan hasil olahannya, termasuk mantan penjual minuman keras. “Dulunya orang itu sempat menjual miras. Karena tertarik dengan minuman jahe buatan saya, akhirnya perlahan dia mulai meninggalkan penjualan miras. Bahkan, semula pelanggannya yang sukan minum miras, sekarang beralih ke minuman jahe. Katanya sih, kalau dicampur dengan kopi jadi lebih nikmat,” ujar wanita alumnus IAIN jurusan IPA ini.

Saat ditanya dari mana ide pembuatan jamu tersebut, dirinya mengaku awalnya hanya sebatas coba-coba saat masih berada di Malang bersama saudaranya sejak dirinya masih belum berkeluarga. “Saya dan kakak saya coba-coba bagaimana caranya minuman temu lawak bisa diminum tanpa ampas namun tidak menimbulkan bau menyengat. Ahirnya dari coba-coba itu berhasil,” jelasnya.

Baru pada bulan Mei 2016 lalu, saya beranikan diri untuk mencoba kembali pengalaman yang pernah saya lakukan.  Memang awalnya gagal, karena ketelatenannya dirinya berhasil menciptakan minuman jahe instan untuk pertama kali sejak sekian tahun yang lalu. (*)

Dari Kuli Ukir, Sekarang Jadi Pengusaha

KABARCEPU.ID – Berbekal keterampilan sebagai kuli ukir atau tukang ukir, Irsyad mampu mendirikan usaha sendiri.

Bahkan pria perantauan itu berhasil memberdayakan pemuda sekitar hingga ada yang menjadi seorang pengusaha.

Suara mesin pemotong kayu meraung-raung dari belakang sebuah rumah sederhana di Desa Kentong, Kecamatan Cepu.

Beberapa pekerja terlihat sibuk memotong kayu. Pekerja lainnya merangkai potongan kayu, menghaluskannya untuk kemudian mempelitur (cat pengilap) dan memanaskannya di bawah terik matahari.

Sepintas itulah aktifitas di rumah Muhammad Irsyad. Pria kelahiran Kabupaten Rembang, 34 tahun lalu, setiap harinya memproduksi rechal.

Rechal hasil produksi Irsyad telah menembus pasar di luar jawa dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

“Alhamdulillah, dapat pesanan lumayan banyak,” kata Irsyad membuka perbincangan beberapa waktu lalu.

Sebelum memproduksi rechal, Irsyad adalah seorang tukang ukir kayu di Jepara.

Selama puluhan tahun dirinya menjadi pekerja di salah satu pengusaha furniture di sana.

Namun siapa sangka, pada 2004 silam, perusahaannya mengalami masa krisis.

Berbekal keterampilan yang dimilikinya dari Jepara, Irsyad pun memutuskan untuk pindah bekerja sebagai kuli kayu ukir pada salah seorang pengusaha di Desa Kentong Kecamatan Cepu.

Di tempat inilah titik balik kehidupan Irsyad dimulai. Semangatnya dalam bekerja mendorongnya untuk tidak hanya ingin menjadi kuli.

Irsyad ingin mandiri mendirikan usaha dengan keterampilan yang dimiliki.

Dia pun melakukan survei pasar di sekitar Cepu. Dalam perjalannya, melalui penawaran dan lobi, akhirnya Irsyad mendapat pesanan dari Desa Bandar, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang terkenal dengan kerajinan handicraft berbahan kayu jati.

“Waktu itu saya mendapat pesanan awal mengerjakan kerajinan kaligrafi,” kenang Irsyad sambil tersenyum tipis.

Memasuki tahun 2005, Irsyad mulai memberanikan diri membuka usaha kerajinan.

Di sebuah rumah kontrakan di Desa Kentong, Irsad mulai memproduksi kerajinan handicraft untuk melayani pasar lokal.

Selama bertahun-tahun dia memanfaatkan kayu rencek (limbah hutan) yang biasa digunakan sebagai kayu bakar untuk memproduksi handicraft.

Sekira enam bulan melayani pasar lokal, Irsyad mulai mengenal konsumen dari luar Jawa.

Saat itulah, usahanya mulai berkembang dan sering melakukan pengiriman ke luar Jawa.

“Karena kewalahan, saya memanggil teman saya dari Jepara untuk membantu,” kata dia.

Berkembangnya usaha tersebut menjadikan warga sekitar kepincut. Mereka ingin belajar menjadi perajin kayu jati.

Irsyad dan kawannya dengan suka rela mengajarinya, dan akhirnya banyak warga sekitar yang sudah bisa.

“Setelah banyak pemuda yang menguasai, akhirnya saya memutuskan untuk tidak memakai tenaga dari luar. Termasuk teman yang saya datangkan dari Jepara,” ucapnya.

Dari ketekunan dan keuletannya, Irsyad berhasil membeli rumah dan menetap di Desa Kentong untuk menjalankan usahanya.

Dia memperkerjakan 12 orang untuk membantu melayani pesanan. Namun seiring berjalanannya waktu peminat kerajinan kaligrafi mulai surut. Jumlah pekerjanya mulai berkurang.

Mereka ada yang memutuskan untuk bekerja di tempat lain, dan ada juga yang membuka usaha dengan keterampilan yang dimiliki.

Itu terbukti dari 10 orang perajin yang ada di Des Kentong sekarang ini sebagian diantaranya adalah mantan pekerja Irsyad.

“Saat ini ada 7 orang yang masih bekerja di sini. Yang lain keluar dan memutuskan untuk membuka usaha sendiri,” kata Irsyad.

Sepinya peminat kali grafi ini membuat Irsyad harus membidik peluang lain. Dia pun kemudian mengutamakan membuat rechal.

Hasilnya, selama dua minggu sekali, dirinya minimal memproduksi hingga 500 biji untuk dikirim keluar Jawa maupun ke-kota lainnya.

Banyaknya permintaan membuat Irsyad kwalahan. Ia pun harus mengambil dari tempat lain untuk memenuhi pesanan.

Sejak 2 tahun ini, Irsyad mulai meninggalkan kayu rencek dan lebih memilih pesan dari perusahaan penggergajian kayu jati.

Itu dilakukan untuk mempercepat proses produksi, karena banyaknya pesanan yang harus diselesaikan.

“Tapi kadang saya masih memanfaatkan kayu rencek untuk menutupi kekurangan bahan baku,” pungkasnya.***

Sejarah Perminyakan Itu dari Titik 0 Kilometer

KABARCEPU.ID – Sejarah panjang dunia perminyakaan di Cepu ini mengundang perhatian Pertamina untuk membangun Titik 0 Kilometer. Tulisan besar berbunyi “Kilometer 0” itu dibangun tepat di depan kantor Pertamina EP Asset 4 Field Cepu.

Tulisan titik maksud dari kilometer 0 tersebut bukan sebagai permulaan wilayah Cepu. Melainkan sebagai tanda dan pengingat, bahwa sejarah perminyakan baik di wilayah Blora Jawa tengah maupun Bojonegoro Jawa Timur.

Kegiatan industri migas di Indonesia tak lepas dari nama Cepu, sebuah kota kecil di  Jawa Tengah. Sudah selayaknya jika di wilayah ini dibangun sebuah monumen untuk mengingat sejarah perminyakan.

Nama Cepu sudah terkenal sejak zaman penjajahan Belanda. Kala itu, kecamatan yang memiliki luas Wilayah 4.897,425 ha menjadi salah satu kota penting karena kandungan minyak dan hutan jatinya.

Di Cepu dapat dijumpai beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih awet hingga masa kini. Salah satu bangunan yang unik adalah, loji klunthung. Peninggalan lain yaitu Gedung Pertemuan SOS Sasono Suko dan Kuburan Belanda (Kuburan Londo) yang terletak di Desa Wonorejo Kelurahan Cepu.

Untuk mendukung transportasi masa itu, dibangun pula jalur kereta api yang menghubungkan Jawa Timur – Jawa Tengah lewat Cepu. Di Ngloram, juga bisa ditemui bekas landasan pesawat terbang peninggalan Belanda.

Denyut nadi perekonomian di wilayah ini pun sudah menggeliat kala itu karena wilayah ini menjadi wilayah penting kolonial belanda karena kandungan emas hitamnya. Bahkan hingga sekarang ini Cepu menjadi penopang utama pendapatan Kabupaten Blora.

Tak mengherankan jika sempat muncul wacana Cepu akan berdiri sebagai keabupaten sendiri. Namun wacana itu mendapat penolakan keras Pemerintah Kabupaten Blora.

Apalagi pada tahun 2005, Cepu mendapat perhatian nasional karena penemuan adanya deposit minyak yang melimpah di Blok Cepu.

“Awal ekslporasi Eksploitasi minyak, itu semua berawal dari Cepu. Dan kantornya juga di sini,” kata Public Relations Pertamina EP Asset 4 Cepu, Kartika Tiara Sari.

Dengan tulisan tersebut menjadi pengingat sejarah bagi masyarakat  jika sejarah perminyakan itu berasal dari Cepu. Karena itu pula Pertamina EP Aset 4 akan melengkapi titik Kilometer 0 dengan monument Pompa Unit.

Sehingga  bisa dijadikan wahana edukasi bagi masyarakat agar mengetahui tahu proses pengangkatan minyak bumi menuju penampungan, melalui unit pompa ini.

“Ini merupakan sejarah perminyakan yang tak boleh dilupakan masyarakat dan generasi,” tegas Tiara.

Bukan sekadar pengingat sejarah, menurut Field Manager Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Agus Amperianto, Kilometer 0 itu memiliki arti tersendiri bagi pergerakan bisnis Pertamina. Kilometer 0 Cepu Pertamina memiliki filosofi. Yakni setiap langkah pergerakan maju dari bisnis Pertamina secara korporasi harus dimulai dari niat yang baik yang disimbolkan dari titik 0 di Cepu Field Pertamina EP Asset-4 ini.

“Ini merupakan sejarah perminyakan yang tak boleh dilupakan masyarakat dan generasi”

Karena setiap bangsa atau masyarakat pasti memiliki tatanan nilai sosialnya masing-masing. Itu tidak bisa berlaku universal.

“Seperti kata pepatah lama, lain lubuk, lain pula ikannya. Maka tatanan nilai sosial kemasyarakat pun juga berbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya,” sambung Agus.

Begitu pula setiap perbedaan harus di sikapi sebagai sebuah kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama dengan melangkah dari kilometer awal. “Yaitu kilometer 0,” tegasnya.

Karena itu Kilometer 0 memberikan arti pesan untuk senantiasa mengawali hidup ini. Untuk belajar dan hidup benar, sebagaimana filosofi jawa yang kaya dengan pengaruh pikir kebaikan, dan dimulai dari Cepu.

Ada sepuluh butir filosofi Jawa tentang kehidupan yang baik dan positif itu. Pertama, urip iku urup (hidup itu menyala), memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara (manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan;  serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

Kemudian sura dira jaya jayaningrat lebur dening pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar). Ngluruk tanpa Bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha  (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa harus merendahkan atau  mempermalukan orang lain; Berwibawa tanpa harus mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan, kaya tanpa didasari kebendaan).

Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan (jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu). Aja gumunan, aja getunan; aja kagetan, aja aleman  (Jangan mudah terheran-heran; jangan mudah menyesal; jangan mudah terkejut-kejut;  Jangan mudah kolokan atau manja).

Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman  (janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi). Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka (jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak  celaka).

Aja milik barang kang melok; aja mangro mundak kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).  Serta aja adigang, adigung, adiguna (jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti). ***

Bangkitnya Keraton Djipang

KABARCEPU.ID – Berdirinya kembali Keraton Djipang bukan untuk membuat system pemerintahan baru.

Semata hanya ingin memelihara dan melestarikan kebudayaan yang masih tersisa. Serta meluruskan sejarah yang tidak seluruhnya benar.

Kebangkitan Kerajaan Djipang ini, berpotensi besar untuk menjadi daerah tujuan wisata yang bisa menghidupkan geliat Ekonomi.

Kemeriahan Gelar Budaya Keraton Djipang yang terlaksana pertengahan tahun 2016 lalu menjadi tanda kebangkitan kerajaan Djipang yang telah musnah pada 500 tahun lalu.

Bangkitnya kembali kerajaan yang pernah berjaya pada 15 abad lalu, menjadi catatan sejarah baru saat ini.

Bukan berarti akan membuat sistem pemerintahan baru layaknya sebuah kerajaan. Namun lebih pada pelestarian budaya peninggalan lelulur. Kearifan lokal berupa tradisi dan budaya yang selama ini telah diwarisi oleh masyarakat Cepu.

Berbagai macam peninggalan sejarah kerajaan tersebut, hingga saat ini pun masih disimpan oleh masyarakat. Termasuk didalamnya adalah catatan sejarah berupa manuskrip dengan aksara jawa kuno yang ditulis pada 15 abad lalu, serta keris pusaka.

Selain makam Gedong Ageng yang dipercaya sebagai situs sejarah bekas bangunan keraton, yang sering didatangi oleh para peziarah untuk berziarah pada makam pembesar Kerajaan Djipang.

Sejalan dengan pelestarian budaya dan untuk menjaga kearifan lokal, masyarakat Cepu pada tahun 2014 lalu mendirikan Lembaga Adat Keraton Djipang. Yang kemudian mengangkat Barik Barliyan sebagai Raja Djipang yang baru. Dengan gelar Gusti Pangeran Raja Adipati (KGPRA) Arya Djipang II Barik Barliyan.

“Setelah kami cukup lama mencari-cari dan menghubung-hubunkan dari manuskrip, ternyata bertemu dengan Mas Barik (Barik Barliyan) orang Palembang,” kata Kushariyadi, Ketua Lembaga Adat Keraton Djipang.

Barik merasa, lanjut Kushariadi, bahwa para pendahulunya adalah adik dari Arya Penangsang yakni Arya Mataram. “Silsilahnya utuh sampai 15 keturunan,” ungkapnya.

Barik Barliyan adalah keturunan ke-15 dari Arya Mataram, adik kandung Arya Penangsang. Sewaktu terjadi huru-hara di Keraton Djipang pada tahun 1554, Arya Mataram menyelamatkan diri ke Batu Raja, Lampung, Sumatera Selatan.

Tujuan didirikannya Kerjaan Djipang, Kushariadi menjelaskan, bahwa pihaknya ingin meluruskan sejarah jika Arya Penangsang bukanlah seorang Pemberontak. Hanya untuk merebut hak-nya sebagai pewaris sah tahta Demak. Lebih penting lagi adalah, Kerjaan Djipang memiliki sejarah kuat yang belum tertulis.

Lain dari itu, berdirinya kembali keraton Djipang bisa menarik wisatawan untuk datang ke Cepu. Banyak budaya yang saat ini masih dijalankan oleh masyarakat. Dan itu bisa dikemas baik untuk menarik wisatawan. Dengan demikian bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.

“Meningkatkan ekonomi kerakyatan,” ungkap Raja Djipang II, Barik Barliyan. Sebagaimana dengan Gelar Budaya Keraton Djipang belum lama ini.

Menurut Barik, Gelar Budaya itu adalah proyek percontohan wisata. Murni dengan dana pribadi. “Bukan dari dana pemerintah,” kata dia. Dan itu adalah gerakan moral masyarakat. Karena dalam gelat budaya tersebut banyak dibantu oleh masyarakat. Harapan kedepan, lanjut dia, karena Gelar Budaya tersebut sudah masuk program dalam Visit Jawa Tengah, bisa memacau sebagai daerah tujuan wisata sehingga menciptakan geliat ekonomi.

Saat disinggung apakah fisik Keraton akan dibangun, dengan tegas dia menjawab Insyaallah. “Semua itu masalah uang. Sekarang ada uang besuk kita bangun. Tapi yang terpenting bukan itu,” kata dia. Tapi, lanjut dia, adalah membangkitkan dulu rasa bangga dan memiliki pada diri masyarakat.

Untuk itu, dia berencana untuk safari ke 5 Kabupaten yang dahulu merupakan wilayah Kerajaan Djipang. “Dalam wilayah budaya, Djipang memilik 5 daerah kekuasaan. Yakni Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Pati,” ungkapnya. Dan akan dimulai dari wilayah Kabupaten Blora, khususnya Cepu. “Karena kota rajanya di sini,” pungkas Raja Djipang II ini.***