Kisah Lonthe Berjilbab

Oleh: Siti Lestari

Perempuan berjilbab oleh kebanyakan orang dimaknai dengan perempuan muslim yang taat menjalankan perintah agama. Sedangkan perempuan muslim yang tidak mengenakan jilbab otomatis dianggap tidak taat terhadap perintah agama. Sekarang banyak kamuflase, lonthe mengenakan jilbab.

Jika jilbab dipakai patokan untuk mengukur ketaatan kita pada Tuhan, berarti perempuan yang tidak berjilbab dianggap tidak taat terhadap perintah Tuhan. Padahal ukuran ketaatan tidak bisa diukur dengan selembar kain yang di tutupkan di kepala.

Lantas bagaimana dengan perempuan yang berprofesi sebagai pramuria atau lonthe. Yang kemudian ikut-ikutan menggunakan jilbab untuk mengecoh. Kalau dia bukan seorang lonthe.

Padahal sudah jelas profesi pramuria, pelacur, atau lonthe adalah profesi zina yang oleh agama hukumnya haram dan tentunya dilarang oleh agama.

Tubuh perempuan memang milik perempuan, mereka bebas mau memberlakukan tubuhnya seperti apa. Mau berpakaian apa saja bebas sesuai dengan hatinya.

Berita Terkait

Trend jilbab saat ini hanya sebatas mode, sehingga tidak bisa dikaitkan dengan urusan agama. Seperti Jilbab yang dikenakan oleh para pelacur yang mengikuti trend mode juga seperti sekarang ini.

Jilbab yang dipakai oleh pelacur disatu sisi dianggap identitas muslimah yang taat. Sedangkan lonthe adalah profesi yang di larang agama. Jadi mreka menggunakan label agama untuk menyamarkan identitasnya sendiri.

Lonthe di Masyarakat

Lonthe menurut pandangan subjektif penulis, bisa dibilang penyakit masyarakat. Perempuan yang memilih profesi ini tidak dibenarkan oleh agama atau masyarakat.

Karena ini bisa merusak dirinya sendiri dan masyarakat. Aktifitas yang dilakukan adalah menjajakan tubuhnya sebagai barang dagangan.

Ketika dirinya laku dan ditawar dengan harga berapapun sesuai yang dikehendaki, brarti itu sama halnya menjual harga dirinya sendiri.

Dia tidak peduli apa kata orang tentang profesinya, tidak peduli terhadap sesama perempuan yang bisa jadi karena dirinya. Ada perempuan lain yang tersakiti.

Karena niatnya dari awal adalah cari uang lewat bisnis esek-esek. Maka yang dijual adalah vaginanya. Karena sudah terlanjur menutup mata dengan risiko yang bakal ditanggung. Sudah barang tentu kesehatan reproduksi yang dipertaruhkan. Serta label perempuan nakal dari masyarakat.

Bisnis esek-esek dari dulu sampai sekarang memang tidak ada matinya. Seiring dengan jaman yang kini masuk di era digital, bisnis esek-esekpun menyesuaikan di dunia online.

Keberadaan media online membuat pasar dunia remang-remangpun semakin menggila. Kita tidak tahu siapa yang menjadi target, tidak peduli tua, muda, masih singgle ataupun sudah beristri.

Lebih parah lagi apabila lonthe sudah terjebak di bos germo atau makelar lonthe yang bisa setiap saat memberikan pelanggan padanya.

Dulu memang ada tempat lokalisasi untuk membeli lonthe. Tapi sekarang tempat itu sudah ditutup oleh pemerintah, dan kini tempat yang mereka pilih jauh lebih bebas dan tidak kasat mata.

Dengan cara membuat janji di gadget, para hidung belang bisa mengajak lonthenya ke hotel atau tempat yang nyaman untuk bercinta.

Bicara soal bisnis pelacuran, lonthe juga manusia biasa yang kadangkala merasa lelah dengan kehidupan yang penuh dosa.

Namun ketika hatinya ingin hijrah dan bertobat, orang lain malah sudah terlanjur melabeli dirinya sebagai lonthe. Sehingga butuh proses yang panjang dan konsisten untuk kembali sebagai manusia yang baik dan benar-benar taat kepada agama.

Perlu diketahui, bahwa banyak motivasi perempuan memilih profesi. Bisa karena desakan ekonomi, dendam, atau yang lainnya.

Masyarakat tidak perlu menjustifikasi kalau lonthe tidak memiliki hati. Dia dan kita adalah sama, sebagai mahluk Allah yang di ciptakan di dunia untuk beribadah ke pada Allah.

Jangan sampai orang yang mau bertobat terhalang oleh kita yang selalu membully sehingga dia malu untuk melaksanakan perintah agama.

Ukuran iman dan taqwa kepada Allah hanya kita sendiri dan Allah yang tahu. Jilbab tidak bisa dijadikan ukuran keimanan seseorang. Orang tidak bisa mengukur iman dan taqwa kita kepada Allah.

Seperti dikisahkan oleh Abu Hurairah, pelacur bisa di ampuni dosa-dosanya karena mau memberikan minum anjing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button