KABARCEPU.ID – Kabar baik datang dari Lapangan Banyu Urip, yang dioperatori oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.
Sumur Infill Clastic Banyu Urip, yang baru saja mulai berproduksi, berhasil mencapai produksi minyak sebesar 13.300 bph
Dengan berproduksinya sumur Infill Clastic Banyu Urip tersebut, bisa mendukung target produksi minyak nasional sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada tahun 2030.
Menteri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, meresmikan secara langsung produksi perdana sumur Infill Clastic Banyu Urip pada Jumat, Agustus 2024.
Sumur B-13 di Well Pad B Lapangan Minyak Banyu Urip ini, merupakan yang pertama dari tujuh sumur yang sebelumnya ditajak pada 1 Maret 2024 lalu.
Arifin Tasrif berharap, sumur-sumur yang lainnya juga bisa memberikan kontribusi yang signifikan.
“Ada momen, impact yang besar untuk bisa mendorong para pebisnis migas di Indonesia. Ya bahwa ada potensi untuk bisa kita tingkatkan produksi migas kita, di sektor minyak ini Indonesia ini defisit,” tuturnya.
Dirinya mengingatkan bahwa ada target produksi minyak yang harus dicapai sebesar 1 juta bph dan gas 12 BCF di 2030. Pada sektor gas pihaknya cukup optimis dengan penemuan sumur-sumur besar baru. Sebaliknya, tantangan pencapaian ini ada pada minyak.
“Selama ini pemerintah selalu terbuka untuk menerima masukan positif agar Indonesia membangun ketahanan energinya, dan kami selalu membuka kesempatan bisnis dengan prinsip berbagi untuk bersama, ini yang selalu kami komunikasikan,” bebernya.
Menghadapi tantangan itu, Arifin juga meminta upaya untuk peningkatan tidak hanya dari lapangan eksisting, tetapi juga adanya kegiatan seismik baru, eksplorasi baru yang bisa mempercepat pendeteksian sumur-sumur baru.
“Pemerintah sangat menghargai ExxonMobil terkait kegiatan eskplorasi baru di wilayah-wilayah lain. Juga kami ucapkan terima kasih kepada ExxonMobil yang telah memenuhi pemanfaatan sumber-sumber lokal atau TKDN,” tandasnya.(fin)
Sementara itu, Presiden ExxonMobil Indonesia, Carole J. Gall mengatakan, bahwa sejatinya ini merupakan suatu kehormatan baginya berdiri mempersembahkan babak baru kepada para hadirin sejak tajak sumur dilakukan pada 4 bulan lalu.
“Together we proudly witness the first oil production from the first well of the drilling program (Bersama-sama kita dengan bangga menyaksikan produksi minyak pertama dari sumur pertama program pengeboran (BUIC)),” kata Carole dalam sambutan.
Kegiatan pengeboran dari sumur baru ini dia katakan bakal berkontribusi pada perolehan total produksi minyak untuk mencapai target produksi nasional sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada awal tahun 2030, demi menjaga ketahanan energi Indonesia.
“Hari ini bukan saja untuk menandai jumlah itu saja, tetapi juga merayakan bakat, teknologi, dan keunggulan di Indonesia,” ujarnya.
Carole juga menyebut, bahwa operasional pengeboran sumur B-13 ini menggunakan rig PDSI-40.3 yang merupakan muatan lokal. Komitmen untuk menggunakan konten lokal dalam industri hulu migas ini adalah sesuatu yang menurutnya harus dijunjung tinggi.
“Proyek ini melibatkan kontraktor lokal, tenaga kerja lokal, menambah nilai ekonomi bagi masyarakat dan operasi kami. Kami sangat bangga dapat berkontribusi dalam ketahanan energi nasional,” tegasnya.
Carole juga mengaku bangga dapat berkontribusi dalam mendukung pengembangan ekonomi, mendorong rantai positif di masyarakat sekitarnya melalui program pengembangan masyarakat, dan atas dampak positif dari kehadiran EMCL di Bojonegoro.
“Hari ini produksi pertama sukses, kita semua harus merayakannya. Hal ini dimungkinkan berkat kerja sama dan dukungan yang luar biasa. Program ini tak akan terwujud tanpa kepemimpinan dari Menteri Kita (ESDM/Arifin Tasrif),” ungkapnya.***