KABARCEPU.ID – Setiap bulan November, bangsa Indonesia seolah diingatkan untuk menundukkan kepala sejenak mengenang jasa para pahlawan yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan.
Tanggal 10 November pun selalu punya makna khusus. Bukan sekadar tanggal merah di kalender, tapi momentum untuk merenungi arti perjuangan yang sesungguhnya.
Meski dikenal sebagai Hari Pahlawan, masih banyak yang belum tahu mengapa tanggal tersebut dipilih dan apa kisah heroik di baliknya.
Ternyata, semuanya bermula dari pertempuran besar di Surabaya pada tahun 1945, hanya beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan.
Yuk, simak kembali bagaimana sejarah 10 November tercatat sebagai salah satu momen paling bersejarah dalam perjalanan bangsa.
Latar Belakang Hari Pahlawan
Tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang Pertempuran Surabaya 1945 pertempuran terbesar pasca-kemerdekaan yang melibatkan rakyat Indonesia melawan pasukan Inggris dan Belanda (NICA).
Peristiwa ini menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap upaya penjajahan kembali. Atas usulan Sumarsono, pimpinan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang ikut berjuang di medan perang, Presiden Soekarno kemudian menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Pahlawan.
Berawal dari Insiden Hotel Yamato
Semua bermula dari insiden di Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit), Surabaya, pada 27 Oktober 1945.
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. Ploegman mengibarkan bendera Merah-Putih-Biru di atap hotel.
Tindakan itu dianggap menghina kedaulatan Indonesia yang baru saja merdeka.
Para pemuda Surabaya lalu merobek bagian biru dari bendera tersebut, menyisakan warna Merah Putih bendera Indonesia.
Peristiwa ini memicu kemarahan besar dan menjadi pemantik pertempuran berskala besar di kemudian hari.
Meletusnya Pertempuran Surabaya
Setelah insiden bendera, bentrokan antara rakyat dan tentara Inggris mulai terjadi pada 27 Oktober 1945. Meskipun sempat terjadi gencatan senjata pada 29 Oktober, situasi tetap memanas.
Ketegangan mencapai puncaknya ketika Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, pimpinan tentara Inggris di Jawa Timur, tewas pada 30 Oktober 1945 di dekat Jembatan Merah.
Kematian Mallaby membuat pihak Inggris murka. Penggantinya, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum 10 November agar rakyat Indonesia menyerah dan menyerahkan senjata.
Namun, rakyat Surabaya menolak tunduk. Mereka memilih bertahan, meski harus berhadapan dengan pasukan Inggris yang jauh lebih lengkap persenjataannya.
Pertempuran Berdarah di Surabaya
Pada 10 November 1945 subuh, Inggris melancarkan serangan besar-besaran ke seluruh penjuru Surabaya.
Serangan ini disebut sebagai “pembersihan berdarah”, menurut sejarawan Ricklefs.
Ribuan rakyat termasuk pemuda, pelajar, dan pejuang rakyat biasa turun ke medan perang dengan senjata seadanya, seperti bambu runcing.
Tokoh seperti Bung Tomo membakar semangat lewat siaran radio yang legendaris.
Pertempuran berlangsung sengit hingga berhari-hari. Dalam waktu tiga minggu, Inggris berhasil menguasai kota, tapi dengan harga mahal yakni ribuan korban jiwa di kedua pihak.
Sekitar 6.000 rakyat Indonesia gugur, dan ribuan lainnya mengungsi.
Nah itulah kisah di balik ditetapkannya 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Sebuah tanggal yang bukan sekadar simbol, tapi pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia lahir dari keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air yang luar biasa.
Kini, tugas kita adalah menjaga semangat itu tetap hidup dengan menjadi pahlawan di bidang kita masing-masing ya. Selamat hari pahlawan!




