31.7 C
Cepu
BerandaKulinerJenang Suro: Sebuah Makanan Tradisional Khas di Bulan Suro...

Jenang Suro: Sebuah Makanan Tradisional Khas di Bulan Suro yang Penuh Makna Mendalam

KABARCEPU.ID – Dalam tradisi Jawa, makanan tradisional yang selalu menarik perhatian selama Bulan Suro adalah Jenang Suro atau sebagian menyebut Bubur Suro.

Jenang Suro, sebuah makanan tradisional yang tidak hanya lezat secara rasa, tetapi juga sarat dengan makna filosofis dan kultural, terutama selama hari-hari pertama di Bulan Suro.

Makanan bertekstur lengket yang terbuat dari beras ketan atau tepung beras yang dimasak dengan gula merah dan santan hingga mengental.

Jenang suro adalah varian jenang yang khusus dipersiapkan dan dikonsumsi pada bulan Suro, bulan pertama dalam kalender Jawa yang dianggap penuh dengan energi mistis dan spiritualitas tinggi.

Bulan Suro sering disamakan dengan bulan Muharram dalam kalender Islam, namun dalam tradisi Jawa, bulan ini menyimpan lima hari lebar yang dianggap sakral.

Masyarakat Jawa percaya bulan Suro adalah waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi diri dan membersihkan diri dari pengaruh buruk.

KONTEN MENARIK UNTUK ANDA

Melansir dari sejumlah sumber, Jenang Suro hadir sebagai simbol keberkahan, perlambang manisnya kehidupan yang harus dihayati dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Proses pembuatan makanan khas bulan Suro ini dimulai dengan pemilihan bahan-bahan alami, seperti beras ketan pilihan, gula merah asli, dan santan segar.

Beras ketan yang telah direndam kemudian dimasak bersama santan dan gula merah secara perlahan dalam kuali tradisional. Proses memasak ini membutuhkan kesabaran hingga adonan mengental dan berwarna coklat keemasan.

Salah satu keunikan jenang suro adalah rasanya yang manis berpadu dengan aroma khas gula merah yang menggoda selera. Teksturnya yang lembut dan lengket memberikan sensasi kenikmatan tersendiri, membuat jenang ini menjadi hidangan yang tidak hanya memuaskan lidah tapi juga menghangatkan jiwa.

Makna Filosofis dan Kultural Jenang Suro

Lebih dari sekadar makanan, Jenang Suro mengandung pesan-pesan mendalam dan penuh makna sebagai bagian dari tradisi kearifan lokal.

Bentuknya yang lengket melambangkan eratnya hubungan sosial dan kekeluargaan masyarakat Jawa. Rasa manis jenang mengingatkan akan pentingnya kesabaran dan kebersamaan dalam menjalani hidup.

Dalam ritual adat yang diadakan saat Bulan Suro, jenang ini biasanya disajikan dalam upacara tradisional yang bertujuan untuk mensucikan diri dan lingkungan sekitar dari segala pengaruh negatif.

Memakan Jenang Suro dianggap sebagai simbol pengharapan agar kehidupan ke depan menjadi lebih baik dan penuh berkah.

Di era modern, Jenang Suro masih eksis di kalangan masyarakat Jawa, terutama di pedesaan dan komunitas yang mempertahankan tradisi leluhur.

Selain sebagai sajian dalam upacara adat, makanan khas Suro ini juga kerap dinikmati sebagai kudapan harian yang menghubungkan generasi muda dengan warisan budaya mereka.

Jenang Suro bukan hanya sekadar kuliner tradisional khas Jawa, melainkan sebuah simbol budaya yang kaya makna dan nilai-nilai kehidupan.

Melalui rasa manis dan tekstur lengketnya, makanan ini mengajarkan pentingnya kesabaran, kebersamaan, dan harapan dalam menghadapi perjalanan hidup.

Pada bulan Suro, jenang ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam dan leluhur.***

KONTEN UNIK DARI SPONSOR UNTUK ANDA
spot_img

Berita Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img

Berita Terkait