KABARCEPU.ID – Tompo Seren merupakan hari keramat khusus yang diperingati pada bulan Suro, biasanya bertepatan dengan tanggal tertentu dalam kalender Jawa yang dianggap sangat sakral.
Kata “Tompo Seren” secara harfiah dapat diartikan sebagai “tiba saat sepi” atau “waktu yang penuh kesunyian.” Nama ini mengandung makna bahwa hari tersebut adalah waktu yang tepat untuk merenung, bermeditasi, dan melakukan introspeksi batin.
Dalam tradisi Jawa, Tompo Seren dipandang sebagai hari yang penuh hikmah dan keheningan. Pada hari ini, umat biasanya menjalankan berbagai ritual, di antaranya adalah puasa, doa bersama, dan ziarah ke makam leluhur.
Kegiatan-kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang sekaligus wujud permohonan agar diberikan keselamatan dan kebaikan di masa yang akan datang.
Makna Spiritual Tompo Seren
Bulan Suro merupakan bulan pertama dalam kalender Jawa yang memiliki makna dan nilai spiritual yang sangat dalam bagi masyarakat Jawa.
Bulan ini sering dianggap sebagai bulan yang keramat, penuh dengan berbagai tradisi, ritual, dan kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu hari keramat yang penting dalam bulan Suro adalah Tompo Seren.
Kalender Jawa merupakan perpaduan antara penanggalan Jawa dan perhitungan berdasarkan sistem lunar yang erat kaitannya dengan siklus alam dan peristiwa spiritual.
Bulan Suro sendiri adalah bulan yang pertama, yang dipercaya sebagai waktu pembaharuan dan refleksi diri. Masyarakat Jawa meyakini bahwa bulan ini adalah momen ketika batas antara dunia nyata dan dunia gaib menjadi lebih tipis, sehingga banyak spiritualitas dan mistisisme muncul di bulan ini.
Makna mendalam dari Tompo Seren adalah tentang kesunyian dan kedamaian batin. Dalam kesunyian itulah, manusia diajak untuk mengenali diri sendiri, mengevaluasi perjalanan hidup, serta membersihkan jiwa dari berbagai noda dan kesalahan.
Kesunyian saat Tompo Seren menjadi sebuah sarana spiritual untuk mencapai ketenangan hati dan menguatkan hubungan vertikal antara manusia dengan Sang Pencipta.
Selain itu, Tompo Seren juga mengandung pesan penting terkait kehidupan sosial, yaitu agar masyarakat dapat hidup rukun, saling memaafkan dan mempererat tali persaudaraan. Oleh karena itu, banyak komunitas melakukan acara communal seperti bersih-bersih lingkungan, memberikan sedekah, dan berbagi kepada sesama.
Ritual utama yang dilakukan pada hari Tompo Seren meliputi:
1. Ngaji dan Doa Bersama: Kegiatan ini menjadi salah satu inti dari peringatan Tompo Seren, di mana masyarakat berkumpul untuk membaca doa, dzikir, dan memohon keselamatan.
2. Puasa Sunah: Banyak yang menjalankan puasa sunah sebagai bagian dari ritual agar hati dan badan menjadi lebih bersih serta siap menerima berkat.
3. Ziarah ke Makam Leluhur: Tradisi ini memperkuat ikatan spiritual dengan nenek moyang sekaligus menjadi pengingat akan nilai sejarah dan budaya yang harus dijaga.
4. Bersih-Bersih Lingkungan: Sebagai simbol membersihkan diri dan lingkungan dari energi negatif.
Ritual-ritual ini biasanya dilakukan dengan penuh khidmat dan diwarnai dengan rasa hormat yang tinggi kepada nilai-nilai leluhur.
Meskipun kehidupan modern membawa perubahan yang signifikan dalam tata cara beribadah dan menjalani tradisi, nilai-nilai yang terkandung dalam Tompo Seren tetap relevan. Hari Tompo Seren mengajarkan kita pentingnya berhenti sejenak di tengah kesibukan, melakukan evaluasi diri, dan menjaga hubungan harmonis dengan sesama dan dengan Tuhan.
Bagi masyarakat Jawa, Tompo Seren adalah momentum memperkuat identitas budaya sekaligus menjaga warisan leluhur agar tidak hilang oleh arus globalisasi. Selain itu, tradisi ini mengandung pelajaran tentang keseimbangan antara dunia material dan spiritual yang sangat dibutuhkan di era modern yang serba cepat dan penuh tekanan.
Hari Tompo Seren dalam Bulan Suro bukan sekadar tradisi biasa, melainkan sebuah warisan budaya yang penuh makna dan nilai. Ia mengajak kita untuk memasuki ruang kesunyian dan ketenangan batin, mengingatkan pada pentingnya introspeksi, penghormatan terhadap leluhur, dan solidaritas sosial.
Dengan memahami dan melestarikan tradisi ini, kita tidak hanya menjaga warisan budaya tetapi juga memperkaya kehidupan spiritual di tengah dinamika zaman.***