KABARCEPU.ID – Dia adalah Dewi Nurhayati. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik Ronggolawe (STTR) Cepu, Kabupaten Blora Jawa Tengah. Salah satu Aremanita, yang ikut menyaksikan pertandingan Arema VS Persebaya di stadion Kanjuruhan Malang.
Dia menjadi saksi tragedi gas air mata yang menimbulkan banyak korban jiwa. Mulai dari anak-anak hingga dewasa. Banyak orang tergeletak yang dia lihat, saat keluar melalui pintu stadion.
Dewi bercerita, saat menyaksikan laga pertandingan itu, berada di tribun tiga. Dia memilih diam dan menunggu suasana kondusif, setelah ditembakkannya gas air mata oleh aparat ke arah tribun. Tidak berani turun untuk berdesak-desakan.
Sekira pukul 22.30 WIB, pintu mulai dibuka. Dirinya memberanikan diri untuk keluar, namun yang dilihatnya banyak suporter yang tergeletak di tangga.
“Saya lihat didepan mata saya sendiri saat mau keluar di pintu tiga, ada cukup banyak yang tergeletak, ada anak kecil, perempuan saya tidak tahu itu pingsan atau bagaimana kondisinya. Saya berjalan keluar sambil nangis dan sedih,” ujar Dewi Nurhayati saat ditemui di halaman Kantor Kecamatan Cepu, Rabu 5 Oktober 2022.
Dalam ingatannya, kejadian pilu Sabtu malam di Stadion Kanjuruhan. Ketika melintasi pintu keluar tersebut, dia tidak berani memeberikan pertolongan. Sebab kondisi saat itu, membuatnya tidak berdaya. Yang ada dibenaknya bagaimana dirinya bisa selamat.
“Gak berani menolong, saat itu yang ada dipikiran saya bagaimana saya menyelamatkan diri, karena saat itu diluar juga masih terdengar suara tembakan,” jelasnya.
Dewi merasa beruntung di tribun yang ditempatinya tidak banyak ditembaki gas air mata. Seperti di tribun 13. Adanya penembakan tersebut, ia dan beberapa kawannya sebenarnya ingin keluar stadion. Namun pintu gerbang masih tertutup, belum dibuka oleh petugas.
“Biasanya kalau pertandingan selesai pintu dibuka, saat itu masih tertutup,” ujarnya.
Dirinya menahan diri untuk tetap diatas tribun sambil menunggu keadaan kondusif. Dewi mengaku di tribun yang ditempatinya juga sempat ditembak gas air mata oleh petugas pengaman. Kedua matanya merasakan perih dan sedikit sesak saat bernapas.
“Di tribun tiga juga ada tembakan tapi tidak seperti di tribun 13, rasanya perih dimata,” jelasnya.
Saat sudah di luar stadion, ia melihat masih ada tembakan gas air mata, ia kemudian berlari untuk menyelamatkan diri. Hingga sekira pukul 02.00 WIB dini hari, dirinya dan beberapa temannya baru bisa berkumpul di mobil elf. Lalu kembali ke Cepu.***
Tinggalkan Balasan