Jejak Letusan dan Misteri Nama Gunung Ijen

KABARCEPU.ID – Gunung Ijen saat ini memiliki pesona memukau, namun masa lalunya menyimpan cerita yang tak kalah menarik.

Dahulu, kawasan kawah di Gunung Ijen jauh lebih luas dan belum terdapat dua gunung kembar seperti sekarang.

Letusan dahsyat 3500 tahun silam membentuk Gunung Merapi yang saat ini sudah padam.

Nama Ijen sendiri memiliki arti sendiri dalam bahasa Jawa, menunjukkan keunikannya sebagai satu-satunya gunung berkawah di antara gunung-gunung di sekitarnya.

Seperti Meranti, Gunung Raung, dan Kawah Wurung.

Gunung Ijen juga memiliki catatan sejarah letusan sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1796, 1817, 1913, dan terakhir pada tahun 1936.

Keberadaannya pun tak lepas dari sumber pendapatan masyarakat sekitar, dengan produksi belerang hingga jutaan meter kubik setiap tahunnya.

Terletak diantara Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, Gunung Ijen bukanlah destinasi wisata biasa.

Bagi para petualang sejati, mendaki Gunung Ijen menjadi sebuah tantangan yang menggugah semangat.

Bukan hanya pemandangan indah yang menanti di puncak Gunung Ijen, melainkan sebuah keajaiban alam yang memukau di malam hari, Blue Fire.

Para pendaki dengan tekad pantang menyerah akan menempuh jalur menantang untuk mencapai Kawah Gunung Ijen.

Meskipun harus rela melewatkan tidur demi memulai perjalanan dini hari, pesona Blue Fire yang menari-nari di kegelapan menjadi obat lelah yang tak tergantikan.

Fenomena ini bukanlah api nyata, melainkan akibat gas belerang bersuhu tinggi yang bersentuhan dengan udara malam.

Cahaya birunya yang kontras dan memesona menjadi daya tarik utama, bahkan menjadikan Kawah Ijen satu-satunya destinasi wisata sejenis di Indonesia.

Bagi yang tak ingin mendaki, kawasan Kalipuro bisa menjadi pilihan untuk bermalam.

Perjalanan menuju Paltuding memakan waktu sekitar satu jam, dilanjutkan dengan trekking selama dua jam ke Kawah Ijen.

Dengan perkiraan ini, wisatawan harus memulai perjalanan dari Kalipuro sekitar pukul 01.30 dini hari.

Keunikan Blue Fire yang kontras dengan suasana malam menjadi daya tarik utama bagi para penikmat keindahan alam.

Fenomena ini hanya dapat ditemukan di satu tempat di Indonesia, yaitu di Jawa Timur.

Gunung ini juga menjadi sumber pendapatan bagi warga sekitar menghasilkan dengan belerang hingga jutaan meter kubik setiap tahunnya .

Namun, para buruh Kawah Ijen yang bekerja keras mengangkut belerang hanya dihargai Rp900/kg dan Rp1.000/kg untuk putaran kedua.

Rata-rata, mereka mampu mengangkut 60 kg belerang dalam dua putaran per hari.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, beberapa buruh juga bekerja sebagai pemandu bagi para pendaki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button