KABARCEPU.ID – Gunung Pegat Lamongan, yang terletak di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, merupakan salah satu destinasi wisata yang menyuguhkan keindahan alam yang memukau sekaligus tantangan bagi para pendaki.
Dengan ketinggian hanya mencapai sekitar 60 meter di atas permukaan laut, Gunung Pegat Lamongan tidak hanya menyajikan pemandangan yang menakjubkan, tetapi juga menyimpan cerita dan keunikan yang menarik untuk dijelajahi.
Puncak Gunung Pegat, yang dikenal dengan sebutan “Puncak Tertinggi,” menawarkan pemandangan yang luar biasa. Saat berada di puncak, pengunjung dapat melihat bentang alam yang luas, mulai dari hamparan savana di kejauhan hingga kebun-kebun penduduk yang menghijau.
Saat matahari terbit atau terbenam, panorama di puncak Gunung Pegat Lamongan semakin memukau, yang dapat memberikan momen romantis yang tak terlupakan bagi para pelancong.
Gunung Pegat bukan hanya sekadar bentang alam, melainkan juga sebuah destinasi petualangan yang mengundang rasa ingin tahu dan takjub bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Lokasi destinasi wisata ini terletak di Desa Karang Kembang yang juga merupakan wilayah dari Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.
Sejarah dan Legenda Gunung Pegat
Gunung Pegat bukan hanya sekadar tempat untuk berwisata; ia juga memiliki nilai historis dan kultural yang kaya. Menurut legenda setempat, gunung ini konon dianggap sebagai tempat tinggal para dewa dan makhluk halus.
Cerita rakyat menyebutkan bahwa puncak Gunung Pegat juga pernah menjadi lokasi berkumpulnya para raja dan pemimpin masa lalu untuk merencanakan strategi dan peperangan.
Dalam budaya masyarakat Lamongan, Gunung Pegat sering kali disebut dalam berbagai cerita dan mitos. Bagi orang-orang lokal, gunung ini merupakan simbol keagungan dan kekuatan alam yang patut dihormati.
Cerita Rakyat Tentang Gunung Pegat
Melansir dari Lamongan Tourism, dari cerita rakyat yang beredar, gunung ini menjadi saksi bisu atas perjuangan masyarakat Lamongan pada masa penjajahan kolonial Belanda sedang berkuasa di wilayah tersebut.
Pada masa itu, pemerintah kolonial hendak membangun jalur kereta api guna memperlancar perdagangan serta arus ekonomi di wilayah Babat dan Lamongan.
Pembangunan jalan pun dimulai dengan melibatkan pekerja dari masyarakat lokal di daerah tersebut secara paksa atau kerja rodi.
Namun, ketika pembangunan mencapai di kawasan tersebut, terdapat gunung kapur yang menghalangi, dan pemerintah kolonial berinisiatif untuk membelah gunung tersebut.
Pemerintah kolonial memaksa masyarakat sekitar tanpa di beri upah, bahkan makan dan minum untuk membelah gunung tersebut selama berhari-hari.
Dari kerja paksa yang dilakukan oleh pemerintah kolonial untuk membelah gunung tersebut, banyak memakan korban jiwa dari para pekerja.
Berawal dari tragedi tersebut, warga yang menjadi pelaku kerja paksa dengan perasaan sakit, emosi dan penuh keterpaksaan ini mengucapkan sumpah yakni “Siapapun yang melewati gunung ini, maka tidak akan menemukan kebahagiaan jika sudah berkeluarga. Dan bagi yang belum berkeluarga, niscaya keluarga tersebut tidaklah menjadi keluarga yang bahagia. Akan tetapi menjadi keluarga yang selalu dihinggapi kesulitan hidup dan mengalami perpisahan”.
Dari tragedi itulah, Gunung Pegat diabadikan untuk nama gunung di wilayah tersebut yang memiliki arti “Pegat” dalam bahasa Jawa yang berarti “Putus atau Pisah/Cerai”.
Meskipun menyimpan berbagai cerita mistis dan sejarah yang kelam, Gunung Pegat Lamongan menjadi salah satu destinasi wisata alam yang kian populer di kalangan pelancong.
Dengan segala cerita di balik pesonanya yang indah dan suasana yang tenang, Gunung Pegat menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa saja yang berkunjung yang memberikan kepuasan tersendiri dan menjanjikan ketenangan jiwa.***