Dari Kuli ukir, Sekarang Jadi Pengusaha

SONY DSC

“Waktu itu saya mendapat pesanan awal mengerjakan kerajinan kaligrafi,” kenang Irsyad sambil tersenyum tipis.

Memasuki tahun 2005, Irsyad mulai memberanikan diri membuka usaha kerajinan.

Di sebuah rumah kontrakan di Desa Kentong, Irsad mulai memproduksi kerajinan handicraft untuk melayani pasar lokal.

Selama bertahun-tahun dia memanfaatkan kayu rencek (limbah hutan) yang biasa digunakan sebagai kayu bakar untuk memproduksi handicraft.

Sekira enam bulan melayani pasar lokal, Irsyad mulai mengenal konsumen dari luar Jawa.

Saat itulah, usahanya mulai berkembang dan sering melakukan pengiriman ke luar Jawa.

“Karena kewalahan, saya memanggil teman saya dari Jepara untuk membantu,” kata dia.

Berkembangnya usaha tersebut menjadikan warga sekitar kepincut. Mereka ingin belajar menjadi perajin kayu jati.

Irsyad dan kawannya dengan suka rela mengajarinya, dan akhirnya banyak warga sekitar yang sudah bisa.

“Setelah banyak pemuda yang menguasai, akhirnya saya memutuskan untuk tidak memakai tenaga dari luar. Termasuk teman yang saya datangkan dari Jepara,” ucapnya.

Dari ketekunan dan keuletannya, Irsyad berhasil membeli rumah dan menetap di Desa Kentong untuk menjalankan usahanya.

Dia memperkerjakan 12 orang untuk membantu melayani pesanan. Namun seiring berjalanannya waktu peminat kerajinan kaligrafi mulai surut. Jumlah pekerjanya mulai berkurang.

Mereka ada yang memutuskan untuk bekerja di tempat lain, dan ada juga yang membuka usaha dengan keterampilan yang dimiliki.

Itu terbukti dari 10 orang perajin yang ada di Des Kentong sekarang ini sebagian diantaranya adalah mantan pekerja Irsyad.

KONTEN MENARIK UNTUK ANDA

KONTEN PILIHAN UNTUK ANDA