Setiap pagi, sebelum lonceng masuk berbunyi, anak-anak Sekolah Dasar Negeri 1 Tutup, di salah satu sudut Blora sudah berkerumun di depan gerbang sekolah. Bukan karena ingin masuk kelas lebih awal, melainkan karena ingin mencicipi kerupuk hangat yang baru saja dibakar oleh seorang nenek tua. Dialah Mbah Kanah, penjual kerupuk ereng-ereng yang telah setia berjualan di depan sekolah itu selama puluhan tahun.
Kerupuk ereng-ereng adalah camilan tradisional khas Blora yang dimasak dengan cara dibakar di atas bara api. Kerupuk mentah dibolak-balik di atas bara hingga mekar, beraroma khas, dan renyah saat digigit. Proses ini dilakukan langsung di tempat, di atas anglo kecil yang dikipasi oleh tangan-tangan renta milik Mbah Kanah. Krupuk yang sudah matang biasanya dinikmati bersama sambel pecel.
Usia Mbah Kanah kini 70 an lebih. Meski begitu, ia tetap datang setiap pagi menggendong dunak yang berisi barang dagangannya yaitu kerupuk yang sudah siap di makan bersama sambal pecel. Ia duduk bersila di atas tikar kecil di bawah pohon, membuka lapaknya sebelum anak-anak datang. Mbah Kanah brangkat kesekolah jam 6 untuk antisipasi padatnya arus lalu lintas. Terkadang terlihat dijalan saat berangkat, dia di hentikan oleh tetangga yang ingin mencicipi krupuk ereng-ereng nya. Membeli krupuk Mbah Kanah sama dengan menolong lansia yang mencoba survive ditengah kerasnya ekonomi.
Kerupuk ereng-ereng yang dijualnya hanya seharga seribu rupiah. Namun bagi anak-anak sekolah, kerupuk itu bukan sekadar jajanan murah. Mereka menikmati proses melihat kerupuk mengembang, suara letup kecil saat dibakar, hingga menyantapnya bersama teman-teman sebelum bel masuk. Tak jarang, anak yang tak punya uang jajan tetap diberi sepotong oleh Mbah Kanah. “Wes, tak kasih wae. Rezeki ora bakal ketukar,” ucapnya.
Meski sudah tua, Mbah Kanah mengaku tak ingin diam di rumah. Ia tinggal sendiri, anak-anaknya sudah berumah tangga semua. Dia berprinsip dari pada nganggur mending waktu dipakai untuk jualan. Ia merasa lebih sehat dan bahagia ketika bisa tetap beraktivitas.
Warga sekitar sekolah pun mengenal baik sosok Mbah Kanah. Para guru dan wali murid sering menyapa dan membelikan kerupuk buat anak-anak. Mereka menganggap sosok Mbah Kanah adalah figur seorang nenek bagi siswa SDN 1 Tutup, Kecamatan Tunjungan, Blora.
Kisah Mbah Kanah adalah potret sederhana dari kegigihan dan cinta pada kehidupan. Di usianya yang tak lagi muda, ia tetap semangat bekerja, bukan karena terpaksa, tapi karena ingin merasa berguna. Ia mengajarkan nilai kemandirian, ketulusan, dan cinta kepada anak-anak dengan cara paling sederhana: dari sepotong kerupuk yang dibakar dengan hati.***