Arsip Tag: Wisata Religi

INI DIA! Wisata di Blora Kategori Religi, Nomor 5 Cocok Untuk Nyepi dan Olah Roso

KABARCEPU.ID – Potensi wisata di Blora kategori religi, memang patut untuk dikunjungi, berziarah di makam para pendahulu yang menjadi bagian dari sejarah perjuangan pada masanya.

Peziarah perlu perjuangan dalam melakukan perjalanan menuju lokasi wisata di Blora ini. Sebab, sebagian dari makam untuk diziarahi tersebut berada diatas perbukitan.

Selama ini, ternyata tidak menyurutkan semangat dari peziarah yang melakukan wisata di Blora untuk mencapai lokasi makam.

Medan yang dilalui memang cukup menantang, karena letaknya berada di perbukitan, sangat cocok untuk olah kebatinan.

Dari sekian jujugan para peziarah, ada makam pejuang wanita dari Aceh. Selain itu, ada juga cerita seorang anak kiai yang suka mencuri atau maling.

1. Makam Jati Kusumo dan Jati Swara
Makam Jati Kusumo dan Jati Swara terletak di Desa Janjang Kecamatan Jiken + 31 Km ke arah Tenggara dari Kota Blora atau + 10 Km dari Kecamatan Jiken.

Mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut cerita Rakyat Pangeran Jati Kusumo dan Pangeran Jati Swara adalah dua bersaudara putera dari Sultan Pajang.

Ada tempat untuk menyendiri, lokasi berada di bukit. Untuk mencapai lokasi tersebut, harus melewati ratusan anak tangga.

2. Petilasan Kadipaten Jipang
Petilasan Kadipaten Jipang terletak di Desa Jipang, Kecamatan Cepu + 45 Km ke arah Tenggara dari kota Blora.

Obyek wisata ini merupakan peninggalan sejarah dan adat budaya. Kadipaten Jipang Panolan terletak di Desa Jipang Kecamatan Cepu, yang letaknya persis di pinggir Sungai Bengawan Solo.

Disamping sebagai pusat pemerintahan juga sebagai Bandar perdagangan dengan memanfaatkan sungai Bengawan Solo.

Di lokasi ini terdapat sejumlah makam keramat di Gedong Ageng dan 9 makam yang dipercaya sebagai Santri Songo.

Kadipaten Jipang saat itu dibawah pemerintahan Arya Penangsang dengan kudanya yang terkenal sakti bernama Gagak Rimang, yang sampai saat ini diabadikan menjadi nama RSPD Kabupaten Blora.

3. Makam Pahlawan Wanita dari Aceh
Makamnya terletak di Pemakaman Umum di Desa Temurejo Kecamatan Blora + 5 Km kearah Utara dari Alon-alon kota Blora.

Dia adalah pahlawan wanita dari Aceh, oleh Belanda diasingkan di daerah Blora dan meninggal pada tahun 1937, dan dimakam kan di Desa Temurejo Kecamatan Blora.

4. Makam Maling Gentiri
Makam maling Gentiri terletak di Desa Kawengan kecamatan Jepon + 12 Km kearah timur dari kota Blora, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Menurut buku karya Sartono Dirjo tahun 1984, serta buku tradisional Blora karya Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo tahun 1996, serta hasil dari cerita rakyat.

Gentiri adalah anak dari Kiai Ageng Pancuran yang pada saat hidupnya mempunyai kesaktian tinggi , suka menolong kepada orang yang sedang kesusahan, orang yang tidak mampu dan sebagainya.

Namun dia suka mencuri atau maling bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk orang lain yang sedang kesusahan. Maling Gentiri dijuluki Ratu Adil yang dianggap sebagai tokoh yang suka mengentaskan rakyat dari kemiskinan.

Dengan perjalanan sejarah yang panjang akhirnya Maling Gentiri sadar dan semua perbuatan yang melanggar hukum.

Dia tinggalakan, akhirnya dia meninggal dan dimakamkan di Desa Kawengan Kecamatan Jepon. Karena jasa-jasanya banyak masyarakat setempat atau dari daerah lain yang datang ke makam tersebut karena masih dianggap keramat atau Karomah baik berziarah maupun tujuan tertentu.

5. Makam Purwo Suci Kedungtuban
Makam Purwo Suci Kedungtuban terletak di dukuh Kedinding Desa Ngraho kecamatan Kedungtuban + 43 Km kearah tenggara dari kota Blora.

Mudah dijangkau kendaraan roda dua ataupun roda empat sampai kejalan desa, serta jalan kaki sambil menikmati pemandangan alam untuk mencapai ke makam + 500 m karena letaknya berada di puncak perbukitan dengan luas areal + 49 m2.

Menurut informasi atau cerita dari masyarakat setempat, makam Purwo Suci adalah makam seorang Adipati Panolan sesudah Aryo Penangsang bernama Pangeran Adipati Noto Wijoyo.

Didalam halaman makam tersebut juga terdapat makam Nyai Tumenggung Noto Wijoyo. Karena jasa-jasanya, sampai saat ini masih dikunjungi masyarakat untuk tujuan tertentu.

Bahkan pernah dipugar oleh Bupati Blora pada tahun 1864 dengan memakai sandi sengkolo, Karenya Guna Saliro Aji 1864.

Menurut cerita yang panjang, makam ini cocok dikunjungi wisatawan yang senang olah roso dan olah kebatinan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.***

3 Rekomendasi Wisata Religi di Blora, Nomor 3 Keturunan Kasultanan Demak

KABARCEPU.ID – Blora memang menjadi salah satu kota atau kabupaten terkecil di Jawa Tengah, tapi di wilayah ini terdapat potensi wisata religi di Blora yang wajib dikunjungi.

Letaknya yang berada di ujung timur Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Jawa Timur,  wisata religi di Blora tidak bisa dianggap remeh.

Banyak wisatawan dari luar kota yang melakukan wisata religi di Blora, pada waktu-waktu tertentu. Mereka berziarah ke makam-makam pendahulu, dalam perjalanannya melakukan wisata religi di Blora.

Diantara makam yang tersebar di wilayah Blora ini dan menjadi jujugan para peziarah, ada diantara mereka yang dimakamkan, merupakan keturunan dari kasultanan Demak.

3 rekomendasi wisata religi di Blora yang wajib dikunjungi untuk berziarah berikut ini, satu diantaranya merupakan keturunan kasultanan Demak.

1. Makam  Bupati Tempo Dulu
Makam Bupati Blora tempo dulu, terletak di Desa Ngadipurwo Kecamatan Blora + 7 Km, ke arah Utara kota Blora.

Dilokasi ini terdapat 8 makam Bupati tempo dulu yang pernah menjabat di Kabupaten Blora dari Tahun 1762-1925.

Untuk mengenang jasa-jasanya, setiap tahun diadakan upacara ziarah yang berkaitan dengan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blora pada tanggal 11 Desamber.

Adapun Bupati yang dimakamkan di Makam Ngadipurwo adalah, R.T. JAYENG TIRTONOTO  yaitu Bupati Blora Timur yang memerintah Tahun 1762-1782.

Pada masa Bupati kembar yaitu R. WILOTIKTO di Blora Barat, tetapi kemudian R.T. WILOTIKTO menyerahkan kekuasaannya kepada R.T. JAYENG TIRTONOTO karena R. WILOTIKTO dipindahkan oleh ayahandanya di Kabupaten Pati. Dengan demikian sejak saat itu R.T. JAYENG TIRTONOTO memerintah sepenuhnya di Kabupaten Blora.

R.T. PRAWIROYUDO yaitu Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1821-1823 R.T. WIRTONEGORO III Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1823-1842.

JOYONEGORO putra Bupati Bojonegoro R.M.T.A. COKRONEGORO I Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1842, hanya 7 Bulan.

R.M.T.A. COKRONEGORO Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1857-1885.

R.M.T.A. COKRONEGORO III, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1886-1908.

R.M. SAID ABDUL KODIR, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1908-1925.

2. Makam Sunan Pojok
Makam Sunan Pojok terletak di jantung Kota Blora, tempatnya di sebelah Selatan alon-alon Kota Blora.

Dari data yang diperoleh bahwa makam Sunan Pojok adalah makam SUROBAHU ABDUL ROHIM. Ia adalah seorang Perwira di Mataram yang telah berhasil memadamkan kerusuhan di pesisir utara atau Tuban.

Sekembalinya dari Tuban, jatuh sakit dan meninggal dunia di Desa Pojok. Pangeran SUROBAHU ABDUL ROHIM dikenal pula dengan sebutan Pangeran Pojok.

Makam tersebut sampai sekarang masih dipelihara dan dihormati oleh masyarakat. Kemudian karena jasanya , maka puteranya yang bernama JAYA DIPA diangkat menjadi Bupati Blora yang pertama ( dinasti Surobahu Abdul Rohim ).

Setelah wafat digantikan putranya JAYA WIRYA, kemudian JAYA KUSUMA yang keduanya setelah wafat dimakamkan di lokasi makam Pangeran Pojok Kauman.

Makam ini sering dikunjungi oleh masyarakat dalam dan luar kota terutama malam Jumat Pon, dan pada Bulan Suro diadakan Khol yang dihadiri peziarah dari berbagai wilayah di Blora.

3. Makam KH Abdul Kohar
Makam KH Abdul Kohar terletak di Desa Ngampel Kecamatan Blora + 10 Km kearah Utara Kota Blora. Dia adalah keturunan dari Kasultanan Demak, yaitu Raden Trenggono.

Semasa hidupnya KH Abdul Kohar selalu mengembara untuk memperdalam ilmu agama Islam. Akan tetapi, setelah bertemu dengan Kyai Noor Feqieh disarankan supaya menetap disuatu tempat, yang akhirnya menetap di Desa Ngampel.

Dia mulai dengan  babat hutan, mendirikan Masjid, Pondok Pesantren dan lain-lain. K.H. Abdul Kohar akhirnya meninggal dan dimakamkan di Desa Ngampel dan sampai sekarang selalu diperingati setiap tanggal 15 Suro Tahun Jawa.

Demikian 3 rekomendasi wisata religi di Blora yang wajib dikunjungi untuk berziarah, semoga bermanfaat.***