Arsip Tag: Sejarah Perminyakan di Cepu

Monumen Kilometer 0 Pertamina, Saksi Bisu Kejayaan Minyak Bumi di Cepu

KABARCEPU.ID – Cepu dikenal juga sebagai kota minyak karena kaya akan alamnya yang melimpah berupa minyak bumi.

Hal ini menjadikan Cepu lebih banyak dikenal dibandingkan dengan Blora.

Terlebih lagi, nama Blok Cepu digunakan menyebut wilayah kontrak minyak dan gas bumi di wilayah Cepu dan sekitarnya.

Menjadi Central pengeboran sumur minyak pertama yang ada di Indonesia dan peresmian pada 28 Mei 1893 atas nama AB Versteegh.

Dia tidak mengusahakan sendiri sumber minyak tersebut.

Tetapi mengontrakan kepala perusahaan yang kuat pada masa itu, yaitu DPM dari Surabaya yang secara sah baru dimulai pada 1889.

Jejak sejarah eksplorasi minyak di Bumi Arya Penangsang ini, ditandai dengan dibangunnya Monumen Kilometer 0 Cepu Pertamina.

Tulisan besar berbunyi “Kilometer 0 Cepu Pertamina” itu dibangun tepat di depan kantor Pertamina EP Field Cepu.

Maksud dari kilometer nol ini adalah sebagai tanda pengingat bahwa sejarah awal eksplorasi perminyakan di blora jawa tengah dan di bojonegoro jawa timur adalah di cepu.

Nama Cepu sudah terkenal sejak zaman penjajahan Belanda.

Monumen Kilometer 0 Pertamina: Saksi Bisu Kejayaan Minyak Bumi di Cepu

Untuk mendukung transportasi masa itu, dibangun pula jalur kereta api yang menghubungkan Jawa Timur – Jawa Tengah lewat Cepu.

Di Ngloram, juga bisa ditemui bekas landasan pesawat terbang peninggalan Belanda, yang juga telah menjadi Bandara Ngloram yang megah dan beroperasi melayani penerbangan.

Pertamina sendiri mengartikan kilometer nol ini sebagai “setiap langkah pergerakan maju dari bisnis pertamina secara korporasi harus dimulai dari niat yang baik yang disimbolkan titik nol kilometer di Pertamina EP Field Cepu.

Denyut nadi perekonomian di wilayah ini pun sudah menggeliat kala itu.

Sebab, wilayah ini menjadi wilayah penting kolonial belanda lantararan kandungan emas hitamnya.

Bahkan hingga sekarang ini Cepu menjadi penopang utama pendapatan Kabupaten Blora.

Seperti namanya, Monumen Kilometer 0 Cepu Pertamina ini memang dibangun oleh Pertamina EP Field Cepu, untuk mengingatkan sejarah perminyakan di Cepu.

Monumen Kilometer 0 ini dilengkapi dengan monumen Pompa Unit karena arti tersendiri bagi pergerakan bisnis Pertamina.

Pompa Unit ini bisa dijadikan wahana edukasi bagi masyarakat agar mengetahui tahu proses pengangkatan minyak bumi menuju penampungan menggunakan unit pompa ini.

Monumen Kilometer 0 Cepu Pertamina juga memberikan pesan untuk senantiasa mengawali hidup ini, untuk terus belajar dan hidup benar.

Kilang minyak Cepu merupakan ketiga tertua di antara sejumlah kilang peninggalan Belanda yang tersebar di Indonesia.

Pada zamannya, Kilang Cepu ditopang 6 lapangan minyak, di antaranya Lapangan Kawengan, Nglobo, Ledok, Semanggi, Tapen, dan Tambakrejo.

Sekilas Tentang Sejarah Perminyakan di Cepu

KABARCEPU.ID – Wilayah Cepu, Jawa Tengah, telah dikenal memiliki potensi sumber daya alam yang besar, salah satunya adalah sumber daya alam minyak bumi. Menjadi salah satu tonggak sejarah perminyakan di Indonesia.

Sejarah perminyakan di Cepu dimulai dari penemuan minyak bumi oleh Belanda saat melakukan eksplorasi di daerah tersebut pada tahun 1901. Penemuan minyak bumi ini menjadi awal dari eksplorasi lebih lanjut di daerah Cepu.

Pada periode tahun 1920-an hingga 1930-an, pengeboran sumur minyak di Cepu semakin intensif dilakukan oleh pihak Belanda.

Keberadaan minyak bumi di Cepu juga semakin diketahui oleh masyarakat, dan beberapa perusahaan asing seperti Royal Dutch Shell dan Standard Oil of California mulai ikut berinvestasi di daerah itu untuk menggarap ladang-ladang minyak baru. Melakukan bisnis perminyakan di Cepu

Pertumbuhan perminyakan di Cepu menjadi sangat pesat pada saat Perang Dunia II. Selama pendudukan Jepang di Indonesia, banyak sumur minyak di Cepu yang dikeruk untuk memenuhi kebutuhan energi Jepang.

Setelah perang berakhir, Jepang menyerahkan pengelolaan perminyakan di Cepu kepada Belanda.

Perminyakan di Cepu

Pada tahun 1949, Indonesia merdeka dan mulai menjadi tuan rumah bagi perusahaan-perusahaan asing yang bergerak di sektor minyak bumi. Namun, pada tahun 1963, pemerintah Indonesia secara resmi membentuk Badan Urusan Perminyakan dan Gas Bumi (BPMIGAS) untuk menangani pengelolaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi di dalam negeri. Melalui BPMIGAS, pemerintah mulai mengelola sendiri perminyakan di Cepu.

Pada akhir tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an, produksi minyak bumi di Cepu menurun akibat beberapa faktor. Pada saat yang sama, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan kebijakan untuk mengembangkan perusahaan minyak nasional. Seperti Pertamina, untuk menggunakan sumber daya alam negara secara optimal dan efektif untuk kepentingan bangsa.

Pada tahun 1986, Pertamina dan beberapa perusahaan asing melakukan kerjasama dalam bentuk kontrak bersama (Joint Operating Body atau JOB) untuk mengeksplorasi dan memproduksi minyak bumi dan gas bumi di Cepu.

Dalam JOB, Pertamina bertanggung jawab atas operasional dan pembangunan lapangan, sementara perusahaan asing bertanggung jawab atas teknologi dan keahlian secara teknis.

Melalui proses eksplorasi dan pengembangan yang panjang, pada tahun 2007, Lapangan Minyak Bumi dan Gas Bumi di Blok Cepu secara resmi memulai aktivitasnya.

Lapangan ini memiliki cadangan minyak sebesar 600 juta barel dan gas bumi sebesar 1,7 triliun kaki kubik, menjadikannya salah satu lapangan minyak terbesar di Indonesia. Penemuan dan produksi minyak bumi di Cepu masih berlanjut hingga saat ini.

Namun, pengelolaan sumber daya alam menjadi hal yang perlu diperhatikan. Pemerintah Indonesia dan perusahaan yang beroperasi di Cepu harus memastikan bahwa pengelolaan sumber daya alam di daerah ini dilakukan secara optimal serta berkelanjutan. Dalam arti pengelolaannya memperhatikan kelestarian lingkungan dan kepentingan masyarakat sekitar.

Secara keseluruhan, perminyakan di Cepu telah memberikan kontribusi besar bagi ekonomi Indonesia. Sejarah perminyakan di Cepu menunjukkan betapa pentingnya menjaga sumber daya alam yang dimiliki dan mengembangkannya secara efektif agar dapat memberikan hasil yang maksimal dan berkesinambungan.