Arsip Tag: Ritual Ayak Abu

Makna Ritual Ayak Abu dan Penyucian Patung Dewa Jelang Perayaan Imlek

KABARCEPU.ID – Perayaan Imlek, yang dikenal sebagai Tahun Baru Cina, merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.

Dalam rangka menyambut perayaan Imlek, berbagai tradisi dan ritual dilaksanakan untuk membawa keberuntungan dan menghilangkan nasib buruk.

Salah satu ritual yang memiliki makna mendalam serta pentingnya bagi umat Tionghoa menjelang perayaan Imlek adalah Ayak Abu dan Penyucian Patung Dewa.

Latar Belakang Perayaan Imlek
Melansir dari China Highlights, Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahun, merupakan perayaan yang menandai awal tahun baru dalam kalender lunar.

Perayaan ini dipenuhi dengan berbagai tradisi yang bertujuan untuk merayakan awalan hidup baru, mengharapkan keberuntungan, serta mengingat leluhur.

Pada perayaan Imlek juga merupakan waktu untuk berkumpulnya keluarga, berbagi kebahagiaan, dan menata harapan baru.

Ayak Abu: Simbol Penyucian dan Pembersihan
Salah satu elemen penting dalam menyambut Tahun Baru Cina adalah ritual Ayak Abu. Ritual ini umumnya melibatkan penggunaan abu hasil pembakaran dupa atau kertas yang telah dipersembahkan kepada dewa.

Melalui proses ini, masyarakat percaya bahwa abu tersebut mengandung kekuatan spiritual yang dapat membersihkan diri dan lingkungan dari energi negatif yang mengganggu.

Makna Spiritual Ayak Abu
Ritual Ayak Abu memegang makna penting dalam konteks spiritual. Abu yang dihasilkan dianggap sebagai medium untuk menghubungkan dunia fisik dengan dunia spiritual.

Ketika suatu benda atau personifikasi dewa dibersihkan dengan abu, diyakini bahwa dewa tersebut akan lebih siap untuk menerima doa dan harapan masyarakat. Dalam hal ini, Ayak Abu berfungsi sebagai penyucian yang membawa komunitas Tionghoa lebih dekat dengan kekuatan ilahi.

Proses Ayak Abu
Proses Ayak Abu seringkali diiringi dengan doa-doa tertentu yang melambangkan rasa syukur dan permohonan. Selama ritual ini, setelah abu dibakar, masyarakat akan mengumpulkan abu tersebut dan menggunakannya untuk memercikkan ke benda-benda yang dianggap perlu disucikan.

Benda-benda ini antara lain altar, patung dewa, hingga peralatan yang digunakan dalam perayaan. Dengan demikian, Ayak Abu bukan sekadar ritual pembersihan, melainkan juga sebagai pengingat akan kesakralan lingkungan spiritual yang dihuni.

Ritual Ayak Abu dan Penyucian Patung Dewa Jelang Perayaan Imlek

 

Penyucian Patung Dewa: Menggapai Keharmonisan
Setiap perayaan Imlek selalu diiringi dengan ritual penyucian patung dewa yang dianggap menjadi simbol pelindung serta pemberi berkah bagi masyarakat.

Patung dewa, baik itu Dewi Kwan Im, Dewa Kecil, atau Dewa lainnya, dianggap sebagai representasi dari kekuatan ilahi. Penyucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan memberi kembali kesucian kepada patung-patung tersebut sebelum menerima persembahan dari umat.

Proses Penyucian Patung Dewa
Penyucian patung dewa umumnya dilakukan dengan langkah-langkah tertentu. Proses ini biasanya termasuk membersihkan patung dengan air bersih, menggunakan bunga dan dedaunan yang harum, serta memberi penghormatan melalui persembahan yang sesuai.

Masyarakat percaya bahwa dengan menyucikan patung dewa, mereka akan mengundang lebih banyak keberkahan dan perlindungan.

Hubungan Emosional dengan Dewa
Penyucian patung dewa juga merupakan bentuk pengingat bagi umat Tionghoa untuk menjaga hubungan baik dengan dewa dan mengingat jasa-jasa leluhur.

Ritual ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk merenung dan mensyukuri segala yang telah diberikan oleh dewa sepanjang tahun. Dengan penyucian ini, diharapkan hubungan spiritual dengan dewa akan terus terjaga dan diperkuat, menciptakan armada energi positif dalam kehidupan sehari-hari.

Ritual Ayak Abu dan Penyucian Patung Dewa menjelang perayaan Imlek bukan hanya sekadar tradisi, tetapi merupakan refleksi dari nilai-nilai spiritual dan budaya yang sudah mendarah daging dalam masyarakat Tionghoa.

Ritual ini mengajarkan pentingnya menjaga kesucian diri dan lingkungan, serta menghormati kekuatan ilahi yang memandu kehidupan.

Melalui Ayak Abu, masyarakat menemukan cara untuk membebaskan diri dari energi negatif dan menciptakan ruang bagi keberuntungan baru.

Sementara itu, penyucian patung dewa tidak hanya berfungsi sebagai tindakan fisik, tetapi juga merupakan ungkapan rasa syukur dan kesadaran akan identitas budaya yang kental.

Dengan pengalaman ritual yang kaya makna ini, umat Tionghoa berharap dapat menyongsong tahun baru dengan hati yang bersih, jiwa yang tenang, dan semangat yang membara untuk mencapai harapan yang lebih baik.***

Tradisi Ritual Ayak Abu dan Penyucian Kim Sin Awali Perayaan Imlek 2025 di Klenteng Hok Tik Bio Blora

KABARCEPU.ID – Tradisi ritual ayak abu dan penyucian Kim Sin (Patung Dewa) menjadi rangkaian acara menjelang perayaan Imlek 2025 atau Kongzili 2576 di Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Klenteng Hok Tik Bio Blora.

Tradisi ritual ayak abu dan penyucian Kim Sin itu dilaksanakan secara gotong royong dalam nuansa hari persaudaraan di lingkungan Klenteng Hok Tik Bio Blora pada Minggu, 26 Januari 2025.

Ketua TITD Klenteng Hok Tik Bio Blora, Budilistijo Suboko mengatakan bahwa abu sisa dupa ini terkumpul setiap tahun. Sisa dupa ini tidak dibuang dan dibersihkan setiap memasuki tahun baru Imlek.

Abu yang berada dalam Yulho diambil dan diayak dengan saringan untuk memisahkan dengan kotoran lain. Biasanya abu tersebut tercampur dengan sisa batang dupa.

“Tidak pernah dibuang abu ini, setiap tahun dibersihkan dan dimasukkan kembali ke Yulho untuk keperluan sembahyang umat,” kata Budilistijo Suboko.

Lebih lanjut, Budilistijo Suboko menuturkan, selain itu juga dilaksanakan penyucian Kim Sin (Patung Dewa) yang ada di Klenteng Hok Tik Bio Blora.

WNI keturunan Tionghoa penganut agama Konghucu mempercayai, seminggu sebelum tahun baru Imlek, Dewa Dewi dan Para Suci menghadap ke penguasa langit (Tuhan) dan turun lagi ke dunia pada hari keempat.

Budilistijo Suboko menyebutkan, memandikan rupang (patung) dilakukan setelah roh dewa-dewi diyakini pergi ke langit menghadap Tuhan untuk melaporkan amal perbuatan manusia di bumi selama satu tahun.

Perayaan Imlek 2025 di Klenteng Hok Tik Bio Blora

“Para Suci naik ke langit seminggu sebelum tahun baru, dan turun lagi ke dunia pada hari ke empat, bulan pertama Imlek,” ujar Budilistijo Suboko.

Rupang atau patung, kemudian dimandikan dengan maksud menyiapkan kembali tempat yang bersih untuk para roh dewa-dewi ketika kembali turun ke bumi.

Perlahan, lanjutnya dikatakan, patung-patung itu kemudian dibasuh dengan air yang sudah dicampur dengan bunga-bungaan.

Ia menjelaskan, makna dari ritual penyucian Kim Sin ini adalah membersihkan kembali jiwa dan raga.

“Ini untuk penyucian diri menjelang Tahun Baru Imlek agar saat memasuki tahun baru, jiwa dan raga suci dari berbagai kesalahan dan penyakit hati,” ucapnya.

Budilistijo Suboko berharap di tahun Shio Naga (Tahun Ular Kayu) ini semua umat manusia menjalani kehidupan yang berbahagia, diberikan kesehatan, rezeki yang baik, karier yang bagus dan dijauhkan dari bencana serta selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara itu, Sekretaris Yayasan TITD Klenteng Hok Tik Bio Blora Bambang Suharto, menjelaskan rangkaian acara Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili dimulai Minggu 26 Januari 2025 dengan menyelenggarakan bersih-bersih altar, mengayak abu dan penyucian Kim Sin (Patung Dewa).

Kemudian, lanjut Bambang Suharto, pada Selasa 28 Januari 2025, dilaksanakan sembahyang bersama dan pagelaran barongsai dan Liong mulai pukul 18.00 – 21.00 WIB.

“Sembahyang bersama dilaksanakan jam 17.30 WIB, sebelum pagelaran Liong Barongsai,” terang Bambang Suharto, mewakili Ketua TITD Klenteng Hok Tik Bio Blora.

Bambang menambahkan, selanjutnya, pada Rabu 5 Februari 2025 akan dilaksanakan sembahyang Khing Thi Kong jam 19.00 WIB, dan berikutnya, pada Rabu 12 Februari 2025 Perayaan Cap Go Meh.

“Dilaksanakan sembahyang bersama dilanjutkan pagelaran barongsai dan liong pukul 18.00 – 21.00 WIB,” pungkas Bambang.***