KABARCEPU.ID – Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh dari berbagai daerah dalam upacara di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). Salah satu nama yang mendapat perhatian publik adalah Jenderal Besar TNI (Purn) H. M. Soeharto.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menjelaskan bahwa penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional didasarkan pada kajian sejarah yang panjang dan mendalam.
“Yang terkait dengan jasa-jasa Pak Harto, yang terkait dengan perjuangan Pak Harto dalam hal ini sudah dikaji, antara lain itu serangan umum 1 Maret, beliau ikut pertempuran di Ambarawa, ikut pertempuran lima hari di Semarang, menjadi Komandan Operasi Mandala perebutan Irian Barat, dan juga kiprah Presiden Soeharto dalam pembangunan lima tahunan, yang saya kira tadi juga sudah dibacakan, telah membantu di dalam pengentasan kemiskinan,” terang Fadli.
Fadli menegaskan, keputusan ini bukan diambil secara sepihak, melainkan melalui proses berjenjang dan melibatkan banyak pihak. Pengusulan nama dilakukan mulai dari tingkat kabupaten dan kota, kemudian dikaji oleh tim peneliti dan pengkaji gelar daerah sebelum diserahkan ke tingkat pusat di bawah koordinasi Kementerian Sosial.
“Tim tersebut terdiri dari akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan gubernur, sebelum akhirnya diajukan ke tim peneliti dan pengkaji gelar tingkat pusat di bawah koordinasi Kementerian Sosial,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, total ada 49 nama yang diajukan tahun ini, terdiri dari 40 nama baru dan 9 nama carry over dari tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, Dewan Gelar menyeleksi 24 nama prioritas, dan Presiden akhirnya menetapkan 10 tokoh untuk menerima gelar Pahlawan Nasional.
“Jasa-jasa mereka itu jelas, konkret, dan juga benar-benar merupakan aspirasi yang sudah terseleksi dengan tadi proses yang cukup panjang, bahkan diseminarkan, bahkan dibukukan. Mudah-mudahan ini tujuannya adalah bagaimana ke depan, ini jasa-jasa mereka, keteladanan mereka bisa menjadi pemberi semangat bagi kita,” ucapnya.
Menurut Fadli, bangsa Indonesia seharusnya memandang perjalanan sejarah secara utuh dan objektif, termasuk dalam menilai kiprah Soeharto di masa lalu.
“Bangsa Indonesia perlu memandang perjalanan sejarah secara utuh dan objektif,” tegasnya.
Pandangan senada disampaikan Menteri Sosial Syaifullah Yusuf. Ia menilai penganugerahan gelar Pahlawan Nasional, termasuk kepada Soeharto, merupakan bentuk penghormatan atas jasa dan perjuangan tokoh bangsa di berbagai bidang.
“Jadi hari ini memang tadi seperti yang sudah disampaikan bahwa kita melihat jasa-jasa dari para tokoh-tokoh. Terutama juga para pendahulu-pendahulu kita,” ujar Syaifullah.
Syaifullah mengajak masyarakat untuk memandang sejarah secara bijak, dengan meneladani nilai perjuangan para pendahulu tanpa mengabaikan konteks zamannya.
“Bahwa masing-masing memiliki kekurangan sudah pasti. Tapi mari kita bersama-sama melihat ke depan ya. Semua generasi punya masa. Semua masa ada orangnya, ada prestasi, ada kelebihan, ada kekurangan. Marilah kita belajar untuk melihat jasa dari para pendahulu-pendahulu kita,” tutupnya.***




