KABARCEPU.ID – Cap Go Meh adalah momen yang dinanti-nanti oleh komunitas Tionghoa di seluruh dunia sebagai salah satu perayaan yang kaya akan budaya dan tradisi.
Setelah perayaan Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh menandai penutup rangkaian perayaan yang sudah berlangsung selama beberapa minggu.
Tradisi perayaan Cap Go Meh yang berakar selama ribuan tahun dalam budaya Tionghoa ini memiliki makna dan pemahaman yang luas.
Asal Usul Cap Go Meh
Melansir dari China Highlights, Cap Go Meh berasal dari kalimat Hokkien yang berarti “hari kelima belas”. Kata “Cap” dalam bahasa Hokkien berarti sepuluh, sementara “Go” berarti lima, dan “Meh” merujuk pada malam atau hari.
Perayaan ini jatuh pada hari kelima belas bulan pertama dalam kalender lunar, yang biasanya bertepatan dengan bulan purnama pertama setelah Tahun Baru Imlek.
Tradisi ini memiliki akar yang kuat dalam sejarah. Asal-usul perayaannya dapat ditelusuri kembali ke lebih dari seribu tahun yang lalu, ketika masyarakat Tionghoa merayakan akhir Festival Musim Dingin.
Dalam masyarakat agraris yang mengandalkan hasil panen, menyambut bulan purnama di tengah musim dingin memiliki makna penting. Bulan purnama dianggap sebagai simbol kesuburan dan harapan.
Melalui perjalanan sejarah dan juga mengalami perubahan bentuk dan makna, perayaan ini bukan hanya segedar penutupan tahun baru, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan ungkapan syukur kepada dewa-dewa dan leluhur atas berkah yang diterima sepanjang tahun.
Makna Cap Go Meh
Perayaan Cap Go Meh sangat kaya akan makna. Secara simbolis, perayaan ini melambangkan harapan dan permohonan untuk tahun yang lebih baik.
Masyarakat percaya bahwa merayakan Cap Go Meh dengan penuh kegembiraan dan sukacita akan membantu menolak nasib buruk dan menarik keberuntungan. Banyak tradisi yang dilakukan selama perayaan berlangsung yang memiliki makna tersendiri, antara lain:
1. Lampion: Salah satu ciri khas perayaan ini adalah penggunaan lampion yang dihias dengan warna-warni cerah. Lampion melambangkan harapan, pencerahan, dan kebaikan. Masyarakat sering kali menulis harapan dan resolusi di atas lampion sebelum mengangkatnya ke udara, seolah-olah melepaskan harapan tersebut ke langit.
2. Reuni Keluarga: Perayaan ini adalah momen untuk berkumpul bersama keluarga. Di banyak keluarga, ini adalah kesempatan untuk berdiskusi, bercerita, dan berbagi hidangan tradisional. Makanan yang disajikan biasanya berupa lemper, kue keranjang, dan berbagai jenis kue yang memiliki makna baik.
3. Tari dan Musik: Pertunjukan tari dan musik tradisional juga merupakan bagian integral dari perayaan ini. Tarian seperti Barongsai dan Liong sering dipentaskan untuk mengusir roh jahat dan menarik keberuntungan. Suara gendang dan gong yang meriah menambah suasana pesta, menciptakan atmosfer gembira di tengah komunitas.
4. Persembahan untuk Dewa: Banyak keluarga yang melakukan sembahyang dan memberikan persembahan kepada dewa-dewa di kuil-kuil, seperti buah-buahan, kue, dan minuman. Ini adalah ungkapan rasa syukur atas berkat yang diterima serta doa untuk keselamatan dan keberuntungan di masa yang akan datang.
Tanggal Perayaan Cap Go Meh 2025
Tahun 2025, Cap Go Meh jatuh pada hari Rabu tanggal 12 Februari. Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi mereka yang merayakannya dalam skala besar, seperti di kota-kota besar dengan komunitas Tionghoa yang kuat, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Di banyak daerah, perayaan ini tidak hanya dirayakan di dalam rumah, tetapi juga di ruang publik, di mana berbagai kegiatan, seperti festival makanan, pameran budaya, dan pertunjukan seni, diselenggarakan untuk menyambut perayaan ini.
Pengunjung bisa menyaksikan berbagai atraksi, mulai dari perarakan barongsai hingga pertunjukan tari tradisional. Atmosfer yang semarak dan penuh warna ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas, menciptakan jembatan antara berbagai budaya dan mempererat persatuan di tengah perbedaan.
Cap Go Meh bukan sekadar penutup perayaan Tahun Baru Imlek, melainkan juga sebuah tradisi penuh makna yang menyatukan keluarga dan komunitas.
Dalam perayaannya, tersimpan harapan, ucapan syukur atas berkat yang diterima, serta doa untuk masa depan yang lebih baik dengan semangat yang penuh, mengingat sejarahnya yang kaya dan maknanya yang mendalam.
Dengan tarik-menarik antara tradisi kuno dan kehidupan modern, perayaan ini tetap relevan dan menjadi jendela bagi generasi muda untuk mengenal warisan budaya mereka.***