Program Si Imut My Darling dan Wismandi Bawa PEPC Zona 12 ke Puncak ICSA 2024

KABARCEPU.ID – PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 kembali mencetak prestasi membanggakan, dengan meraih penghargaan Indonesia Corporate Sustainability Award 2024 (ICSA).

Penghargaan ini diraih melalui dua program unggulan, yakni Si Imut My Darling (Integrasi Ikan Maggot Unggas dan Ternak Bersama Masyarakat Sadar Lingkungan) dan Wismandi (Wirausaha Muda Mandiri Berdikari).

Kedua program tersebut dinilai berhasil menjawab tantangan sosial dan lingkungan sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasinya.

Untuk diketahui, penghargaan diterima langsung oleh Manager Communication, Relations & CID PEPC Rahmat Drajat di Bali, Kamis 21 November 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Rahmat menyampaikan bahwa program Si Imut My Darling dan Wismandi merupakan program yang dirancang bersama pemangku kepentingan.

Dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di sekitar wilayah operasi perusahaan, khususnya sampah dan lapangan kerja untuk kelompok pemuda.

“Sebagai industri hulu migas, kehadiran kami tidak semata untuk mendukung ketersediaan energi negeri, tapi kami juga berharap dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi pemangku kepentingan melalui program yang kami rancang untuk menyelesaikan permasalahan baik sosial maupun lingkungan,” ujar Rahmat.

Ia mengatakan perusahaan memiliki komitmen untuk mewujudkan kinerja keberlanjutan melalui program yang dilaksanakan dengan kerangka Environmental, Social and Governance (ESG).

Juga berkontribusi dalam pencapaian agenda internasional Sustainable Development Goals (SDGs) utamanya tujuan 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, tujuan 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab dan tujuan 17 Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan.

Si Imut My Darling: Mengubah Sampah Rumah Tangga Menjadi Bernilai Ekonomi

Si Imut My Darling yang meraih penghargaan bronze dalam kategori Best Practice in Circular Economy, merupakan program yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan pemberdayaan ekonomi lokal dari sampah rumah.

Program yang dilaksanakan di Desa Sendangharjo, Ngasem, Kabupaten Bojonegoro tersebut berangkat dari beberapa permasalahan. Diantaranya tingginya sampah organik yang dihasilkan dari rumah tangga dan ketiadaan bank sampah.

Sampah organik yang dihasilkan tiga pasar tradisional desa di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro sebesar 1.800 Kg (data Desember 2023), dan produksi sampah domestik non-B3 di Lapangan JTB sebesar 23.800 Kg (data Desember 2023).

Dari permasalahan tersebut, dilaksanakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat sadar lingkungan, pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengelolaan Bank Sampah, dan penerapan Biokonversi BSF (Black Soldier Fly).

Program ini berawal dari Gerakan pilah sampah yang dilakukan BSM-KH (Bank Sampah Mandiri Keluarga Harapan).

Sampah organik dikembangkan menjadi budidaya maggot dengan teknologi alami lalat black soldier flay yang menghasilkan pakan ternak dan pupuk.

Dari program tersebut, menghasilkan dampak lingkungan berupa 23 ton sampah dikelola, 17,4 ton sampah organik dimanfaatkan menjadi media budidaya maggot, dan 340 Rumah tangga melakukan pemilahan sampah secara mandiri.

Program ini juga menghasilkan dampak ekonomi Rp 4,7 juta/bulan omset penjualan magot dan olahan maggot, Rp 3,5 juta/bulan penghematan operasional kendaraan pengangkut sampah dengan memanfaatkan hasil olahan sampah plastik dengan mesin pyrolysis dan Rp 47,9 pendapatan bank sampah dalam enam bulan.

Wismandi: Mendorong Kemandirian Ekonomi Melalui Usaha Ayam Petelur

Sedangkan Program Wismandi merupakan pemberdayaan ekonomi melalui budidaya ayam petelur di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro.

Pada tahun ketiga program tersebut telah berhasil menembus omzet Rp73,78 juta per bulan atau Rp 884,2 juta per tahun. Dari jumlah tersebut rata-rata dapat menjual telur sebanyak 2.500 butir lebih atau hampir 150 kilogram telur setiap harinya.

Di awal program, PEPC memfasilitasi pelatihan budidaya ayam petelur dan bibit ayam sekitar 2000 ekor.

Di tahun kedua dilakukan pengembangan program dengan pembangunan kandang baru yang menampung ayam sebanyak sekitar 1200 ekor.

Keberhasilan ini kemudian juga menginspirasi individu di luar kelompok binaan untuk melakukan usaha ayam petelur juga.

“Kami bersyukur program ini telah memperkuat pemberdayaan ekonomi masyarakat desa di sekitar wilayah operasi untuk menciptakan kemandirian dan mendapatkan penghargaan tertinggi yakni Gold dari dewan juri dalam kategori Best Practice in Community Development,” tambah Rahmat.

Penghargaan ini menegaskan akan pentingnya peran sektor industri dalam mendukung terwujudnya tujuan pembangunan secara berkelanjutan, terutama dalam hal keseimbangan lingkungan, ekologis, dinamika sosial, dan ekonomi.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban penghargaan ini, PEPC Zona 12 akan terus bekerja sama dengan pemangku kepentingan dan seluruh pihak untuk memperkuat agenda program yang berkelanjutan.***

Back to top button