30.5 C
Cepu
BerandaGaya HidupMengenal Tradisi Kehamilan Hingga Lahiran

Mengenal Tradisi Kehamilan Hingga Lahiran

KABARCEPU.ID – Kehamilan bagi seorang ibu merupakan momen yang sangat di nanti-nanti. Apalagi bagi mereka pasangan suami istri yang sudah lama menikah tetapi belum juga di berikan momongan.

Tentu ini menjadi sesuatu yang dianggap spesial apabila sang istri mengalami kehamilan. Tak hanya pasangan lama, pasangan barupun akan merasa bahagia apabila setelah menikah langsung dititipi momongan oleh Tuhan.

Bagi kebanyakan masyarakat Jawa, setiap kelahiran anak diyakini membawa rejeki tersendiri. Upacara tasyakuran mulai kehamilan sampai melahirkan berturut-turut dilakukan untuk keselamatan jabang bayi.

Mulai dari bancaan 4 bulanan usia kehamilan, mengandung makna filosofi bahwa di usia 4 bulan Tuhan meniupkan ruh ke dalam janin. Selanjutnya acara tujubulanan atau biasa disebut mitoni.

Sementara itu, mitoni biasanya dilakukan secara sederhana di halaman rumah. Tapi pada zaman dahulu, mitoni dilakukan di pasren. Pasren adalah tempat di mana kaum petani memuja Dewi Sri, dewi padi. Bisa baca di sini.

Upacara mitoni yang dilakukan sesuai adat Jawa, bisa dikerjakan tahapan demi tahapan. Mulai sungkeman, siraman, pecah telor, sobek janur, pecah kelapa, dodolan dawet dan yang terakhir salin baju sebanyak tuju kali. Kesemuanya itu berlaku bagi masyarakat yang memegang teguh budaya Jawa.

KONTEN MENARIK UNTUK ANDA

Syukuran 7 bulanan usia kehamilan yang kebanyakan dilakukan oleh masyarakat biasa, hanya dilakukan dengan acara syukuran biasa. Mengundang tetangga sekitar dengan membaca doa untuk ibu dan janin supaya mereka selamat dalam persalinan.

Setelah memasuki trimester terahir, jabang bayi yang masih ada di dalam kandungan benar-benar berada dalam pantauan ibu.
Penjagaan ketat dilakukan demi keselamatan ibu dan bayi.

Pembawaan ibu hamil masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang gampang, banyak juga yang susah. Tidak sedikit di trimester terahir inilah kesabaran seorang ibu di uji.

Kadang kita jumpai ibu hamil di trimester terahir harus diet gula karena mengalami pre eklamsia. Selain itu ibu hamil dilarang stres, menjaga pola makan dan olahraga sesuai anjuran dokter. Kejadian ini ditulis berdasar pada pengalan penulis sendiri yang dua kali mengalami pre eklamsia karena stres dan darah tinggi. Begitu juga bagi pengidap diabetes.

Setelah acara mitoni, menjelang kelahiran jabang bayi biasanya lebih dari 9 bulan usia kehamilan di adakan acara procotan. Yaitu upacara yang dimaksudkan supaya dalam proses persalinan bisa berjalan lancar tanpa suatu halangan apapun.
Tradisi ini dibarengi dengan pembuatan jenang procot atau bubur sumsum dilengkapi dengan air gula jawanya. Bisa baca di sini.

Biasanya memasuki HPL ibu di minta untuk hati-hati dalam menjalani aktivitas sehari-hari tentunya dibarengi suami. Yang selalu siaga dalam mendampingi istri yang siap untuk melahirkan.

Disaat bayi lahir keluarga menyambut kehadiran bayi dengan acara krayahan. Semacam upacara syukuran atas kelahiran jabang bayi dengan sehat, yang sebelumnya dibarengi dengan mengubur ari-ari jabang bayi.

Tradisi Selama Masa Kehamilan

Salah satunya adalah Tukiyar (53), salah satu sesepuh Desa jagir, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi yang masih menjaga tradisi krayahan yang menurutnya adalah suatu keharusan.

“Saya masih melakukan tradisi ini karena tradisi ini merupakan warisan leluhur yang sudah lama dipakai dan sudah menjadi adat istiadat kebudayaan dari zaman dahulu dan kita wajib menjaga dan melestarikanya,” terangnya.

Selanjutnya upacara pemberian nama yang biasanya dilakukan 7 hari setelah kelahiran bayi. Bagi masyarakat yang mampu biasanya dilakukan pada saat aqiqah. Baca di sini.

Bagi warga pedesaan tradisi pupak an ( lepas tali pusar) merupakan tradisi terahir setelah kelahiran bayi.
Biasanya masyarakat menggunakan momen ini untuk merayakan pesta kecil-kecilan dibarengi dengan pemberian sumbangan atau kado untuk ibu atau bayinya.

Berbeda dengan aqiqah yang merupakan acara tasyakuran tanpa mengharap sumbangan dari warga.
Yang terahir bancakan weton yang dilaksanakan setiap 36 hari hari sekali. Misal, bayi yang dilahirkan Jumat legi, maka orangtuanya bisa secara rutin memberikan nasi lengkap dengan bumbu atau bubur merah.

Bacaan weton ini di yakini bisa menjadi tolak balak bagi si anak. ( Keterangan dari Yanti, warga Sukorame Tunjungan Blora).
Tujuan wetonan atau bancakan weton adalah ucapan rasa syukur atas rahmat-Nya sekaligus sebagai permohonan kepada-Nya agar orang yang diselamati diberi keselamatan dan kesuksesan pada hari-hari selanjutnya.

Demikian tradisi Jawa yang masih tetap bertahan di tengah masyarakat modern. Harapan kita kemajuan zaman tidak menyurutkan tradisi Jawa yang terkadang kita sendiri khawatir akan kehilangan budaya warisan nenek moyang. ***

KONTEN UNIK DARI SPONSOR UNTUK ANDA
spot_img

Berita Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img

Berita Terkait