KABARCEPU.ID – Dalam tradisi Jawa, Bulan Suro tidak hanya menjadi penanda awal tahun baru, tetapi juga membawa sejumlah larangan dan pantangan di Bulan Suro yang dipercayai harus diikuti agar terhindar dari malapetaka dan kesialan.
Larangan dan pantangan di Bulan Suro kerap diasosiasikan dengan hal-hal yang sakral, penuh mistis, serta menjadi momentum refleksi dan introspeksi bagi masyarakat terutama yang masih memegang teguh adat dan tradisi Jawa.
Berbagai larangan dan pantangan yang berlaku selama di Bulan Suro, memiliki makna mendalam serta filosofi yang terkandung dalam tradisi masyarakat Jawa tersebut.
Bulan Suro adalah bulan yang diyakini sebagai bulan penuh kekuatan gaib dan energi magis yang sangat kuat. Sebagian orang Jawa percaya bahwa pada bulan ini, batas antara dunia nyata dan dunia spiritual menjadi lebih tipis sehingga berbagai makhluk halus bisa lebih leluasa beraktivitas.
Budaya Jawa yang kaya dengan tradisi dan kepercayaan menganggap Bulan Suro sebagai waktu untuk melakukan introspeksi diri, meminta ampunan, serta membersihkan diri secara spiritual.
Tidak heran jika di bulan ini banyak masyarakat yang mengadakan ritual tertentu, seperti “Kirab Suro”, tolak bala, dan tradisi lainnya yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam dan manusia.
Dalam menjalani bulan Suro, terdapat beberapa larangan dan pantangan di Bulan Suro yang dipercaya dapat menjaga keselamatan, keseimbangan, serta keharmonisan baik di dunia nyata maupun dunia metafisik.
Larangan ini bersifat kultural dan sesuai dengan kepercayaan yang berkembang secara turun-temurun. Oleh karena itu, masyarakat Jawa sangat menjaga sikap dan perilaku selama Bulan Suro agar tidak mengundang hal-hal negatif.
Bulan ini dianggap suci dan sakral karena diyakini sebagai waktu dimana alam sering kali tidak stabil. Masyarakat Jawa menganggap bahwa di bulan ini, arwah leluhur dan makhluk halus lebih aktif sehingga dibutuhkan kewaspadaan dan sikap hati-hati dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Larangan dan Pantangan di Bulan Suro
Berikut beberapa larangan dan pantangan di Bulan Suro yang umum dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di tanah Jawa:
1. Tidak Boleh Memulai Pekerjaan Baru
Masyarakat biasanya menghindari memulai usaha baru, bisnis, atau kegiatan besar pada Bulan Suro. Alasannya adalah agar tidak mengundang kesialan sejak awal. Bulan suro dipandang kurang menguntungkan untuk memulai hal-hal baru karena energi yang tidak stabil dan penuh tantangan.
2. Menghindari Perjalanan Jauh
Larangan melakukan perjalanan jauh menjadi hal yang cukup populer. Banyak yang meyakini bahwa bepergian jauh di Bulan Suro berpotensi membawa malapetaka, baik kecelakaan, tersesat, atau bertemu hal-hal yang tidak diinginkan. Kondisi ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa berbagai penjaga alam gaib banyak beraktivitas.
3. Tidak Menggelar Acara Besar atau Pesta
Bulan Suro bukan waktu yang tepat untuk mengadakan acara pesta atau perayaan besar seperti pernikahan, khitanan, dan sejenisnya. Masyarakat lebih memilih untuk mengedepankan refleksi spiritual daripada kesenangan duniawi pada bulan ini.
Hal ini kerap terkait dengan sifat bulan yang dianggap sakral sehingga suasana haruslah tenang dan penuh khidmat. Menggelar pesta pada bulan keramat ini dapat dianggap tidak menghormati kekuatan yang ada.
4. Larangan Menggali Tanah dan Membuat Lubang
Dalam kepercayaan tertentu, menggali tanah atau melakukan aktivitas yang mengganggu tanah di bulan Suro dianggap bisa mengganggu ketenangan roh dan energi yang ada di dalam tanah. Oleh karena itu, aktivitas ini sering dihindari.
5. Pantangan Bersumpah atau Mengucapkan Janji
Masyarakat juga percaya untuk tidak bersumpah, berjanji, atau mengucapkan hal-hal yang mengandung konsekuensi kuat selama Bulan Suro. Sumpah yang diucapkan dianggap memiliki dampak gaib lebih besar sehingga harus dihindari agar tidak membawa petaka.
6. Menghindari Aktivitas Berisiko Tinggi
Selama Bulan Suro, masyarakat mempercayai bahwa menghindari aktivitas berisiko tinggi seperti bertengkar, berjudi, atau melakukan tindakan yang dapat mendatangkan masalah adalah cara terbaik agar tidak ada kesialan yang menimpa.
7. Tidak Mengerjakan Hal-hal Baru di Bidang Spiritual atau Ritual
Masyarakat Jawa khususnya tidak memulai ritual baru atau praktik spiritual baru karena ada keyakinan bahwa energi di bulan ini dapat mempersulit pelaksanaan ritual sehingga hasilnya tidak maksimal atau malah mendatangkan gangguan. Pelaksanaan ritual hanya boleh dilakukan untuk melanjutkan tradisi para leluhur.
8. Tidak Memotong Rambut atau Kuku
Beberapa orang Jawa menganggap bahwa memotong rambut atau kuku selama Bulan Suro membawa kesialan. Larangan ini terkait dengan praktik spiritual untuk menjaga energi tubuh agar tidak terbuang dan tetap terlindungi dari pengaruh negatif
Larangan dan pantangan di Bulan Suro lebih dari sekadar aturan tak tertulis, melainkan manifestasi dari kepercayaan dan filosofi hidup masyarakat Jawa yang berusaha menjaga harmoni antara kehidupan duniawi dengan alam gaib.
Meskipun tidak semua orang menerapkannya secara ketat, memahami dan menghormati budaya ini adalah wujud apresiasi terhadap kearifan local yang kaya nilai dan makna serta sebagai momentum refleksi diri, menjaga sikap positif, dan melestarikan budaya yang membawa pesan moral mendalam.
Memahami dan menghormati larangan dan pantangan di bulan Suro bukan hanya soal menghindari hal-hal yang dianggap sial, namun juga tentang menjaga keseimbangan kehidupan secara keseluruhan (antara manusia, alam, dan dunia spiritual).***