Fenomena Jilbab dalam Pusaran Mode dan Identitas

Fenomena Jilbab dalam Pusaran Mode dan Identitas
pixabay

KABARCEPU.ID – Mode busana di Indonesia mengalami perkembangan signifikan dari masa ke masa. Tak ubahnya selera makanan, selera berpakaian pun mengalami perubahan drastis.

Saat ini, pasar lebih responsif terhadap baju gombrong, hijab besar, bahkan bercadar, meskipun pemakainya tidak selalu berasal dari golongan Islam kanan.

Di Indonesia, dogma Islam kanan atau kiri tidak lagi menjadi pertimbangan utama, melainkan preferensi pribadi.

Hampir semua perempuan saat ini mengenakan jilbab dalam kesehariannya. Jilbab tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang patut dibanggakan.

Dahulu, jilbab identik dengan suasana pesantren, tokoh agama, dan memiliki nuansa religi bagi pemakainya.

Sebelum berkembangnya mode jilbab seperti sekarang, orang yang memutuskan memakai jilbab umumnya berasal dari keluarga religius.

Hal serupa terjadi dalam perkembangan politik. Label partai Islam saat ini hanya mampu mengubah penampilan kader perempuan yang awalnya tidak berjilbab menjadi berjilbab.

Kecenderungan mereka memakai jilbab lebih didorong oleh keinginan untuk terlihat sama dengan yang lain, bukan karena ideologi yang ditanamkan oleh partai Islam. Busana Muslim menjadi tren mode yang diminati masyarakat.

Lalu, mengapa perempuan yang tidak berjilbab merasa berbeda dengan yang lain? Hakikatnya, berjilbab atau tidak adalah pilihan.

Persoalan muncul ketika perempuan yang tidak berjilbab mendapat perlakuan berbeda.

Pilihan untuk memakai atau tidak memakai jilbab kembali ke masing-masing individu. Jangan sampai seseorang terpaksa memakai jilbab karena takut dianggap berbeda.

KONTEN MENARIK UNTUK ANDA

KONTEN PILIHAN UNTUK ANDA