KABARCEPU.ID – Puskesmas Cepu enggan memberikan informasi terkait data stunting di wilayah kerjanya. Sulitnya mendapat data stunting tersebut, dialami oleh Camat Cepu, Bambang Sugiyatno. “Memang sulit, Mas. Saya sempat tanya, tapi mereka hanya bilang mau disiapkan. Tapi nyatanya juga tidak ada,” kata Camat Cepu.
Bambang Sugiyatno mengatakan, untuk memperoleh data jumlah di lapangan, pihaknya meminta bantuan tenaga yang ada di lapangan. “Termasuk teman-teman dari pendamping desa,” ujar camat saat dikonfirmasi KabarCepu.
Masalah stunting di Cepu, menurut camat, perlu ada penanganan serius. melihat data jumlah stunting terus meningkat. Tahun 2019 terdapat 239 kasus, Tahun 2020 ada 254 kasus, dan Tahun 2021 meningkat menjadi 277 kasus.
“Kami akan konsentrasi penanganan di wilayah kelurahan. Karena mereka tidak ada anggaran untuk penanganan stunting. Berbeda dengan desa yang sudah ada Dana Desa (DD), mereka bisa mengalokasikan dana yang ada untuk penanganan stunting,” jelasnya.
Khusus untuk kelurahan, lanjut camat, akan diusahakan menggandeng perusahaan yang ada di wilayah Kecamatan Cepu. “Untuk berpartisipasi penanganan stunting melalui CSR-nya,” ujarnya.
Kesulitan mendapatkan data kasus stunting dari Puskesmas Cepu, juga dialami awak media. Sejumlah pertanyaan yang dikirim kepada Kepala Puskesmas Cepu, sejak Kamis (10/2/2022) pekan lalu, hingga Senin (14/2/2022) belum mendapat tanggapan.
Padahal sebelumnya, Kepala Puskesmas Cepu Suhadak, melalui pesan singkatnya mempersilakan wartawan untuk menemui pegawai puskesmas atas nama Yeni. Namun, sesampai di puskesmas, pegawai enggan memberikan informasi. “Kami tidak bisa memberikan informasi. Termasuk kepada wartawan. Harus pakai surat resmi,” ungkap pegawai Puskesmas Cepu, Yeni.
Suhadak saat dikonfirmasi kembali terkait data angka stunting di wilayahnya yang tidak diberikan pegawainya, dia tidak banyak menanggapi. “Data kalau by name tidak bisa. Kalau jumlahnya tidak apa-apa,” kata Suhadak.***