KABARCEPU.ID – Warga Desa Karangtengah, Ngawen, Blora, menunjukkan semangat gotong royong yang kental dalam rangka merayakan HUT ke-79 RI.
Dalam rangka memeriahkan HUT ke-79 RI, Warga Desa Karangtengah, Ngawen, Blora melaksanakan kegiatan menjahit bendera Merah Putih sepanjang 79 meter.
Kegiatan menjahit ini tidak hanya sekadar untuk membuat bendera, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan kebersamaan dalam memperingati hari penting bagi bangsa Indonesia.
Gotong royong merupakan salah satu nilai luhur yang telah dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang.
Semangat ini dijadikan pondasi dalam setiap aktivitas sosial, termasuk dalam menggelar perayaan-perayaan nasional seperti HUT RI.
Warga Desa Karangtengah, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah memahami bahwa aktivitas kolektif ini tidak hanya menghasilkan bendera yang akan dikibarkan, tetapi juga menguatkan ikatan sosial di antara mereka.
Kegiatan menjahit bendera Merah Putih sepanjang 79 meter ini melibatkan berbagai kalangan dan komunitas desa sekitar.
Para warga saling berkolaborasi, berbagi tugas, serta berdiskusi mengenai berbagai aspek yang terkait dengan kegiatan tersebut.
Hal ini menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan, di mana setiap individu merasakan peran dan tanggung jawab dalam perayaan HUT RI.
Proses pembuatan bendera sepanjang 79 meter tersebut dilakukan dengan penuh teliti dan hati-hati.
Berbagai bahan dan alat dijadikan modal utama, mulai dari kain merah dan putih yang berkualitas, benang, serta alat jahit.
Mereka berkolaborasi dan bekerja keras untuk memastikan bahwa bendera yang dihasilkan memenuhi standar keindahan dan keutuhan.
Kegiatan ini sarat makna mengenai perjuangan para pahlawan, sebagai pengingat akan arti kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata.
Pembuatan bendera Merah Putih ini tidak dapat dipisahkan dari kesadaran sejarah bangsa Indonesia.
Sebuah pengingat bahwa kemerdekaan yang di nikmati saat ini adalah hasil dari perjuangan panjang dan pengorbanan yang tidak ternilai harganya.
Dalam setiap lembar kain yang dijahit, terdapat cerita tentang perjuangan, harapan, dan cita-cita yang harus terus dipelihara dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Mereka berharap agar aktivitas ini dapat menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mengingat sejarah sekaligus menjalin relasi yang lebih erat antara anggota masyarakat.
Kepala Desa Karangtengah, Didik Hariyanto mengungkapkan bahwa kegiatan menjahit bendera merah putih sepanjang 79 meter ini menjadi simbol semangat persatuan dan kesatuan serta kebanggaan nasional.
Didik menuturkan, pada tahun 2019, Warga Desa Karangtengah pernah menjahit bendera Merah Putih sepanjang 50 meter untuk merayakan momen HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 di tahun 2019 tersebut.
Pada tahun 2024 ini, lanjut Didik, warga kembali menjahit secara manual bendera Merah Putih sepanjang 79 meter, sehingga sesuai dengan usia kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun ini yakni 79 tahun.
“Dengan menjahit secara manual, kami ingin menekankan pentingnya kerja keras dan gotong-royong, sama seperti semangat yang ditunjukkan oleh para pahlawan kita dalam merebut kemerdekaan,” ucap Didik.
Lebih lanjut, Didik mengatakan bahwa bendera Merah Putih yang dijahit secara manual oleh warga Desa Karangtengah ini memiliki panjang 79 meter dan lebar 3 meter serta memakan waktu sekitar 90 menit.
Setelah proses menjahit selesai, lanjutnya dikatakan, bendera dibentankan dan diarak keliling desa oleh ratusan warga yang berbaris rapi membawa bendera tersebut.
“Kirab ini adalah bentuk rasa bangga kami sebagai warga Indonesia. Dengan mengelilingi desa sambil membawa bendera merah putih, kami ingin menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan masih menyala di hati setiap warga,” ungkap Didik.
Melalui kegiatan gotong royong menjahit bendera Merah Putih sepanjang 79 meter ini, sebagai bentuk komitmen warga Desa Karangtengah, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora untuk terus menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang membangun.
“Ini adalah salah satu cara kami untuk menjaga kebersamaan di desa ini. Dengan bersama-sama menjahit bendera dan mengelilingi desa, kami merasa semakin dekat satu sama lain,” tandas Didik.***