Agar Tak Gagal Panen, Guru Besar IPB Perkenalkan Konsep Pertanian Biointensif Padi di Blora

KABARCEPU.ID – Guru Besar IPB atau Institut Pertanian Bogor, Suryo Wiyono, mengenalkan konsep pertanian biointensif padi sebagai solusi untuk mengatasi berbagai tantangan dalam pertanian kepada petani di Desa Getas, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.

Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan petani dari tiga kabupaten, yaitu Blora (Jawa Tengah), Tuban dan Bojonegoro (Jawa Timur).

Pertanian biointensif padi merupakan sistem produksi padi yang mengoptimalkan proses alami dan hayati untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.

Sistem ini didasarkan pada tiga teori pendukung, yaitu kompleksitas agroekosistem padi sawah, bio-imunisasi tanaman, dan keseimbangan hara-tanaman.

Suryo Wiyono menjelaskan bahwa strategi pertanian biointensif padi meliputi menyehatkan tanaman dan menyehatkan agroekosistem.

Hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan faktor pendorong (supporting factors) dan mengurangi faktor pengganggu (disrupting factors).

hut blora 275 bpe scaled

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanian biointensif padi memberikan berbagai keuntungan, seperti peningkatan kelimpahan predator, peningkatan kelimpahan mikrob tanah, peningkatan jumlah anakan produktif, penurunan populasi/tingkat serangan hama, penurunan keparahan penyakit, dan peningkatan produktivitas.

Guru Besar IPB Perkenalkan Konsep Pertanian Biointensif Padi di Blora

Agar hasil panen padi meningkat, gunakan konsep pertanian ini:
Guru Besar IPB, Suryo Wiyono, menyebut pertanian biointensif padi sebagai pendekatan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas.

Sistem ini dapat mengurangi penggunaan pestisida secara drastis, mengurangi penggunaan pupuk kimia sintetik hingga 30-50%, dan meningkatkan produktivitas padi hingga 12-25%.

Suryo Wiyono menjelaskan bahwa pertanian biointensif padi merupakan sistem produksi padi yang mengoptimalkan proses alami dan hayati untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.

Sistem ini didasarkan pada tiga teori pendukung, yaitu kompleksitas agroekosistem padi sawah, bio-imunisasi tanaman, dan keseimbangan hara-tanaman.

Hasil uji coba pertanian biointensif padi di berbagai daerah, seperti Karawang, Subang, Indramayu, Tegal, Bojonegoro, Cepu, dan Gresik, menunjukkan peningkatan produktivitas padi yang signifikan, pengurangan penggunaan pupuk NPK, dan penurunan serangan penyakit blas.

Oleh karena itu, Suryo Wiyono menekankan perlunya diseminasi yang masif untuk memperkenalkan pertanian biointensif padi kepada petani dan mendorong adopsi sistem ini secara luas.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button