KABARCEPU.ID – Lebaran, atau Hari Raya Idul Fitri, bukan hanya sekadar momen untuk bersilaturahmi dan menikmati hidangan lezat. Lebih dari itu, Lebaran juga merupakan waktu yang sarat akan tradisi dan spiritualitas.
Salah satu tradisi yang masih kental dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah ziarah kubur (nyekar), mengunjungi makam keluarga dan kerabat yang telah berpulang.
Di balik tradisi nyekar ini, tersembunyi berkah bagi sebagian masyarakat, salah satunya Mbah Djini, seorang penjual bunga tabur di wilayah Pasar Mulyorejo Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah yang merasakan peningkatan pendapatan signifikan menjelang dan selama perayaan Lebaran.
Bunga tabur, yang umumnya terdiri dari mawar, melati, kenanga, dan kantil, memiliki makna simbolis yang mendalam. Aroma wangi bunga dipercaya sebagai representasi doa dan penghormatan kepada arwah leluhur.
Selain itu, warna-warna bunga juga memiliki arti tersendiri. Misalnya, mawar merah melambangkan cinta dan kasih sayang, sedangkan melati putih melambangkan kesucian dan kemurnian.
Menaburkan bunga di atas pusara bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga wujud kasih sayang dan penghormatan dari keluarga yang ditinggalkan.
Tindakan ini juga menjadi pengingat akan kehidupan dan ajaran yang telah diwariskan oleh para leluhur. Keberadaan bunga tabur inilah yang menjadi fondasi bagi Mbah Djini dan para penjual bunga tabur lainnya untuk mencari nafkah.

Mbah Djini, seorang lansia berusia 72 tahun yang tinggal di Desa Mulyorejo, Kecamatan Cepu, Blora ini, telah lama berkecimpung dalam dunia penjualan bunga tabur untuk ziarah atau nyekar.
Ketika ditemui tim KabarCepu (Senin, 31 Maret 2025), menurut pengakuannya, ia telah menjajaki sebagai penjual bunga tabur untuk ziarah ini lebih kurang sekitar 30 tahun lamanya.
Mbah Djini memperoleh berbagai jenis bunga yang umum digunakan untuk tabur ini dari para penjual pasar-pasar tradisional di sekitar Cepu wilayah kota, kemudian ia menjualnya di sekitar area dekat tempat tinggalnya.
Peningkatan penghasilan Mbah Djini menjelang dan selama Lebaran terbilang signifikan. Menurut penuturannya, pendapatannya bisa meningkat hingga 10 kali lipat dibandingkan hari-hari biasa.
“Nek dino biasa mung cukup kanggo mangan (kalau hari normal, jualan bunga paling cuma cukup buat makan sehari-hari). Nek wayah bodo ngene iki yo kenek nggo tuku reno-reno batine karo iso dicelengi (kalau Lebaran, bisa dapat rezeki lebih buat kebutuhan lainnya dan juga bisa ditabung),” ujar Mbah Djini.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan di momen Lebaran penghasilannya sebagai penjual bunga tabur untuk ziarah berkisar dari Rp500 ribu hingga mencapai Rp700 ribu. Namun, jika hari biasa atau normal, penghasilan Mbah Djini tak lebih dari Rp30 ribu hingga Rp50 ribu.
“Iku yen rame sedinone ora pas bodo iso nganti 50 ewu (itu kalau ramai, penghasilan sehari di luar Lebaran bisa mencapai 50 ribu). Yen wayah sepi kadang 20 ewu kadang ora oleh opo-opo (kalau pas sepi pembeli, penghasilan sehari terkadang mencapai Rp20 ribu, ada kalanya tidak menghasilkan sama sekali),” ungkap Mbah Djini.

Ia menambahkan, satu bungkus kecil bunga tabur berisi campuran bunga mawar, melati, dan kenanga serta daun pandan, kemenyan dan minyak kembang dijual dengan harga Rp2000. Sedangkan untuk ukurang satu kantong plastik (kresek), dibanderol hingga mencapai Rp20.000.
Selain itu, Mbah Djini juga menyediakan minyak kembang atau air bunga mawar dalam botol (ukuran 110 Ml) dengan harga per botol mencapai Rp15.000.
“Satu pincuk cilik regane 2 ewu, nek sak kresek 10 ewu tekan 20 ewu (satu bungkus kecil bunga tabur Rp2 ribu, sedangkan untuk satu kantong plastik ukuran sedang bisa mencapai Rp20 ribu),” tambahnya.
Diketahui, menurut penuturannya, ia menjajakan bunga tabur untuk ziarah, khususnya di momen Hari Raya Lebaran 2025 ini sejak pukul 05.00 WIB hingga sore hari menjelang pukul 17.00 WIB.
Kisah Mbah Djini penjual bunga tabur di Cepu ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tradisi dan budaya lokal. Tradisi ziarah kubur, misalnya, bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga bagian dari identitas budaya Indonesia.
Dengan menjaga tradisi ini, kita juga turut memberdayakan masyarakat yang bergantung pada tradisi tersebut, seperti Mbah Djini dan para penjual bunga tabur lainnya.
Lebaran bukan hanya tentang perayaan dan kebahagiaan, tetapi juga tentang berbagi rezeki dan membantu sesama. Dengan membeli bunga tabur dari Mbah Djini dan para penjual bunga lainnya, kita turut berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka dan menjaga keberlangsungan tradisi ziarah kubur.***