KABARCEPU.ID – Kucur, makanan jaman dulu (jadul) pun menjadi salah satu camilan alternatif yang cocok disantap ketika cuaca dingin tiba.
Intensitas hujan yang semakin tinggi di Kota Cepu, membuat cuaca kota minyak ini menjadi dingin dan kondisi ini “menggiring” warga Cepu sering berburu camilan alternatif.
“Pagi-pagi disaat masih dingin, orang masih enggan untuk beranjak, cocoknya ya makan kucur dan minum teh hangat,” ujar Patimah, si pembuat kucur ketika mengawali obrolan dengan KabarCepu.
Saat disambangi di rumahnya, nenek 60 tahun ini bersemangat menceritakan perjalanan hidupnya bergelut dengan kucur.
“Saya sudah 20 tahun lebih membuat dan berjualan kucur. Alhamdulillah bisa bertahan sampai sekarang ini,” ujar Patimah berbinar-binar berbagi kisah hidupnya.
Warga Sidomulyo RT 01 RW 12 Kelurahan Cepu ini menceritakan awal berjualan kucur hingga dagangannya bisa menembus pasaran hingga luar Cepu seperti sekarang.
“Banyak warga Cepu kalau berkunjung ke luar kota memesan kucur saya. Misalnya belum lama ini ada yang pesan untuk dibawa ke Surabaya,” ujarnya.
Dalam sehari, nenek tiga cucu ini memproduksi kucur minimal 250 biji. “Proses menggoreng jam dua hingga jam tujuh pagi. Paling sedikit habis lima kilogram beras yang jadi 250 biji. Kalo ada pesanan untuk hajatan ya bisa 10 kg lebih,” katanya sambil menyebutkan di musim hajatan dirinya juga kebanjiran pesanan.
Makanan tradisional berbahan dasar tepung beras, gula pasir, dan santan ini dijual Rp 8.000,- per pack berisi 10 biji.
“Para pedagang pagi-pagi sekali sudah berdatangan ke rumah. Saya tinggal siapkan kucur matang, mereka yang menyebarkan ke beberapa pasar. Termasuk pasar di luar Cepu,” pungkas Patimah.***