Filosofi Ki Hajar Dewantoro pada Jiwa Calon Pemimpin

Oleh : Moh. Fachrudin P. U

Seperti kita ketahui Pemilu, secara serentak akan dilaksanakan pada tahun 2024, mulai dari Pemilihan Legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tingkat Pusat, provinsi sampai dengan Kabupaten/ Kota serta Pemilihan eksekutif yaitu Kepala Negara (Presiden), Kepala Daerah Tingkat satu (Gubernur) dan Kepala Daerah Tingkat dua (Bupati/Walikota).

Suasana menyambut Pemilu memang belum terasa hangat, karena sampai saat ini (tulisan ini saya buat) tahapan Pemilu baru sampai pendaftaran Bakal Calon Legislatif (bacaleg), dimana ada 24 partai (6 partai diantaranya partai lokal Aceh) sudah mendaftarkan Bacaleg-nya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU)di wilayahnya masing masing.

Hal ini lumrah karena jadwal Pemilu sendiri baru akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan legislatif (DPR, DPRD Tk. I dan DPRD Tk.II) dan 27 November 2024 untuk Pemilihan Gubernur serta Bupati / Walikota.

Meskipun masih tahun depan, sebagai seorang pemilih kita harus mulai bersiap untuk menentukan pilihan. Kita harus bijak dalam melihat segala yang ditawarkan serta karakter calon pemimpin yang akan kita pilih. salah satunya apakah calon pemimpin yang kita pilih memiliki karakter seperti filosofi Ki Hajar Dewantoro.

Berita Terkait

Tiga Filosofi Ki Hajar Dewantoro yang terkenal adalah, ing ngarsa sung tuladha (di depan memberikan teladan), ing madya mangun karsa (di tengah membangun semangat atau kemauan) dan tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan), kita pasti berharap calon yang kita pilih mempunyai karakter yang sesuai dengan filosofi di atas.

Ing ngarsa sung tuladha, disini mempunyai makna bahwa calon pemimpin yang akan kita pilih harus dapat memberikan teladan yang baik bagi masyarakat, mulai tingkah laku sehari hari sampai dengan karakter yang dimilikinya. Seorang pemimpin harus bisa membuktikan bahwa apa yang dia lakukan sesuai dengan apa yang dia sampaikan.

Sebagai pemimpin, terkadang perlu berdiri di depan dan memimpin. Ini penting, terutama jika masyarakat yang kita pimpin terdiri dari orang-orang yang kurang berpengalaman. Cara paling mudah memimpin masyarakat adalah menjadi teladan dan cara paling mudah menjadi teladan adalah menjalankan yang anda sampaikan, bukan hanya asal menyampaikan janji

Ing madya mangun karsa, sebagai seorang pemimpin yang baik perlu berada ditengah-tengah membangun dan berjuang bersama bawahannya. Biasanya, kondisi ini terjadi ketika bawahan belum terlalu mengerti tugas dan kewajibannya dan mereka sedang menghadapi pekerjaan sulit. Pemimpin perlu membiarkan mereka melakukan sendiri, tetapi dengan membangun jiwa mereka, agar semangat dan motivasi mereka tetap terjaga.

Calon pemimpin sangatlah penting membangun semangat untuk bawahannya sehingga target yang dicapai dapat maksimal. Dengan berada ditengah mereka, seorang pemimpin harus bisa menjadi motivator yang membangun semangat, dengan demikian bawahan akan merasa dihargai dan terayomi. Janganlah menjadi seorang pemimpin yang hanya bisa duduk dibalik meja tanpa mau tahu apa kesulitan yang dihadapi bawahannya.

Tut wuri handayani, calon pemimpin disini perlu memberikan perhatian pada sebuah sistem masyarakat yang telah tertata dengan baik, disini seorang calon pemimpin harus mampu memberikan dan menerima masukan untuk mencapai tatanan yang lebih ideal.

Filosofi yang terakhir ini juga memiliki makna bahwa seorang pemimpin tidak hanya harus memberikan dorongan, namun juga memberikan arahan untuk kemajuan masyarakat yang dipimpinnya. Arahan di sini berarti calon pemimpin harus mampu mengerahkan usaha-usaha masyarakatnya agar sejalan dengan visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.

Ketiga filosofi di atas saling berkaitan dan tidak dapat ditinggalkan salah satunya. Sebagai contoh, usaha seorang calon pemimpin untuk menanamkan nilai-nilai organisasi kepada pengikutnya. Dalam hal ini, seorang pemimpin tidak bisa begitu saja mendorong dan mengarahkan perilaku pengikutnya agar sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkannya tentunya yang baik (tut wuri handayani).

Namun, pemimpin tersebut juga harus mampu memberikan contoh nyata bagaimana nilai-nilai yang diinginkan telah tertanam dalam dirinya (ing ngarsa sung tuladha). Sembari memberi contoh, pemimpin juga harus mengomunikasikan nilai-nilai tersebut ke tengah-tengah pengikutnya, dan memotivasi mereka untuk bertindak sejalan dengan nilai-nilai itu (ing madya mangun karsa).

Kita pasti berharap mempunyai wakil atau seorang pemimpin yang ideal dalam hasil Pemilu ini, bersiaplah menyambut Pemilu serentak 2024 dengan menjadi pemilih yang bijak atau menjadi seorang calon yang bermartabat serta berkomitmen pada janji janji saat masa kampanyenya, tirulah filosofi Ki Hajar Dewantoro.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga
Close
Back to top button