KABARCEPU.ID – Karnaval Cepu 2025 tingkat TK, SD dan SMP yang berlangsung pada Kamis, 21 Agustus 2025 sebagai peristiwa budaya dan edukasi yang memadukan semangat kebersamaan, kreativitas, dan pelestarian kearifan lokal dalam memeriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Dengan total 113 peserta dari tingkat taman kanak‑kanak (TK) sebanyak 96 kontingen, sekolah dasar (SD) sebanyak 11 kontingen, hingga sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 6 kontingen yang terbagi dalam beberapa kelompok drumband dan kelompok seni budaya, Karnaval Cepu 2025 ini bukan sekadar parade kostum dan musik.
Acara yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan berakhir jelang pukul 18.00 WIB ini merupakan panggung bagi generasi muda untuk menampilkan, menginterpretasikan, dan merevitalisasi cerita rakyat setempat, menampilkan tema‑tema kuat yang mengangkat asal‑usul desa, legenda, hingga pahlawan lokal dari Blora.
SD Negeri 3 Cepu (Asal Usul Desa Gadu), SD Negeri 2 Ngelo (Oro‑Oro Kesongo), SD Negeri 2 Cepu (Naya Sentika), SD Negeri 1 Cepu (Laskar Blandong Mustika), SMP Negeri 3 (Ayam Alas Blora), dan SMP Negeri 5 Cepu (Satria Alas Wengker Blora), sangat menonjol dalam memvisualisasikan cerita-cerita khas dari Blora pada Karnaval Cepu 2025 ini.
SD Negeri 3 Cepu: Asal Usul Desa Gadu
Asal usul Desa Gadu berakar pada sejarah pendirian desa serta mitos harimau penunggu jati denok Blora yang melatarbelakangi pemukiman di desa tersebut.
SD Negeri 3 memilih untuk mengangkat narasi ini sebagai identitas kolektif warga Gadu, mengajarkan siswa menyelami sumber identitas lokal dan sejarah lisan dengan properti serta artefak yang menggambarkan elemen alam Blora seperti pohon jati, harimau loreng penunggu hutan jati Blora.
SD Negeri 2 Ngelo: Oro‑Oro Kesongo dan Legenda Naga Linglung
Oro‑Oro Kesongo merupakan sebuah fenomena alam berupa tanah yang mempunyai aktivitas berupa semburan lumpur dan gas belerang di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora yang kini menjadi salah satu objek wisata dan penelitian vulkanik.
Memiliki nuansa mistik dan puitis, Oro-Oro Kesongo berkaitan dengan hamparan ladang, tanah subur, serta kisah cinta dan tragedi yang terpatri di ruang desa. Cerita ini melibatkan tokoh legendaris, Prabu Aji Saka, pendiri Kerajaan Medang Kamulan, dan putranya yang berwujud naga raksasa, Jaka Linglung.
SD Negeri 2 Ngelo Cepu memilih tema ini untuk mengajarkan siswa membedah elemen kebudayaan agraris dan hubungan manusia‑alam, mengajarkan interpretasi sastra lokal lewat pementasan tari, puisi, dan drama mini.
SD Negeri 2 Cepu: Naya Sentika A.K.A Naya Gimbal
Naya Sentika atau Noyo Gimbal adalah tokoh penting dalam tradisi setempat yang berjuang melawan penjajahan Belanda di wilayah Blora, yang kini namanya diabadikan dan menjadi salah satu objek wisata paling populer di Blora (Noyo Gimbal View0.
Pengangkatan Naya Sentika di momen Karnaval Cepu 2025 memberi ruang bagi eksplorasi bagaimana tokoh lokal membentuk nilai moral dan norma komunitas dalam melawan penjajah serta pengenalan nilai‑nilai seperti keberanian, gotong royong, dan kearifan lokal lewat drama.
SD Negeri 1 Cepu: Laskar Blandong Mustika
Mengusung tema “Laskar Blandong Mustika” memberi nuansa epik dan heroik, mengisahkan kelompok tokoh pertahanan masyarakat yang simbolis yang hidup di kawasan pedalaman hutan jati Blora.
Memadukan kostum bergaya laskar/pejuang dengan motif tradisional khas Blora, serta aksi teatrikal yang memadukan koreografi massal dan narasi ringkas, SD Negeri 1 Cepu mengajarkan kepada siswa tentang potensi lokal, pengorbanan, solideritas, dan etika kepemimpinan.
SMP Negeri 3: Ayam Alas Blora
SMP Negeri 3 Cepu menampilkan inovasi kreatif yang memadukan pendidikan, kebudayaan, dan promosi potensi lokal dengan mengusung tema “Ayam Alas” dalam sebuah balutan drama tari kolosal.
Legenda “Ayam Alas” sering muncul dalam tradisi lisan Jawa, dengan variasi makna mulai dari pertanda keberuntungan hingga simbol lokal yang penuh mitos. Di Blora, cerita ayam alas dikaitkan dengan cerita rakyat setempat.
Tema ini menjadi sarana edukatif untuk menanamkan kecintaan pada warisan daerah, memperkenalkan kearifan lokal dan nilai-nilai kearifan petani lokal sebagai simbol ketangguhan dan identitas komunitas Blora, sehingga menumbuhkan rasa bangga generasi muda terhadap akar budaya mereka.
Inisiatif SMP Negeri 3 Cepu ini menggambarkan model pelibatan sekolah dalam pelestarian budaya sekaligus pengembangan potensi daerah melalui pendekatan kreatif dan partisipatif yang berdampak luas bagi pendidikan, kebudayaan, dan pemberdayaan ekonomi komunitas setempat.
SMP Negeri 5 Cepu: Satria Alas Wengker Blora
“Satria Alas Wengker” memberi konotasi ksatria dari hutan Wengker yaitu mengangkat kisah pahlawan lokal, penjaga hutan, serta mitis yang berhubungan dengan hutan jati Blora di momen Karnaval Cepu 2025.
Tema ini diusung SMP Negeri 5 Cepu untuk mengajarkan siswa tentang hubungan manusia dengan hutan, pentingnya konservasi, dan tradisi pelestarian alam dengan narasi heroik sebagai sarana pembelajaran etika dan tanggung jawab.
Adaptasi “Asal Usul Desa Gadu” hingga “Satria Alas Wengker” menunjukkan bagaimana cerita rakyat mampu menyampaikan nilai moral dan pengetahuan lingkungan kepada anak‑anak serta memvisualisasikan adegan dalam bentuk drama dan seni budaya sebagai wujud nyata pelestarian kultural yang melibatkan generasi muda secara aktif.
Dengan mengusung ragam tema yang kaya, mulai dari asal‑usul desa, tokoh pahlawan hingga cerita mistis hutan Blora, Karnaval Cepu 2025 memperlihatkan bagaimana identitas lokal dapat dimunculkan kembali di ruang publik dengan cara yang kreatif dan mendidik.***