KABARCEPU.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, baru-baru ini melakukan kunjungan strategis ke sumur tua di Blora sebagai bagian dari upaya konkret pemerintah untuk memperkuat ketahanan energi nasional melalui peningkatan produksi minyak dan gas (migas).
Kunjungan Menteri ESDM Bahlil ke Sumur Tua di Blora ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam mengoptimalkan potensi migas yang selama ini belum tergarap secara maksimal, khususnya dari sumur-sumur tua dan sumur rakyat yang masih memiliki cadangan yang signifikan.
Dengan merevitalisasi dan melakukan teknologi enhanced oil recovery (EOR), diharapkan dapat meningkatkan volume produksi migas sehingga memenuhi kebutuhan nasional yang terus meningkat.
Langkah ini tidak hanya berdampak pada peningkatan pasokan energi domestik, tetapi juga mendukung stabilitas ekonomi nasional dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor energi.
“Agar lifting (minyak) kita bisa naik, masyarakat kerja tidak dengan was-was. Tidak ada lagi oknum-oknum yang menakuti mereka, dijual ke Pertamina dengan harga yang baik, dan bisa melahirkan lapangan pekerjaan,” kata Bahlil ketika meninjau sumur migas Ledok, salah satu lapangan migas tua di wilayah kerja Pertamina EP Cepu di Blora, Jawa Tengah, Kamis (17/7/25).
Istilah sumur tua sendiri mengacu pada sumur minyak bumi yang dibor sebelum tahun 1970, pernah berproduksi, dan saat ini tidak lagi diusahakan oleh kontraktor aktif, sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua.
Penerapan skema ini diperkuat melalui Permen ESDM No. 14 Tahun 2025 tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi.
Regulasi ini membuka ruang bagi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) turut berperan dalam mengelola sumur-sumur marginal dengan tetap menjunjung prinsip keselamatan, keberlanjutan, dan tata kelola yang baik.
“Yang penting adalah masyarakat bisa menjalankan aktivitasnya dengan baik, jadi tidak rasa was-was. Dan mereka legal, supaya lingkungannya kita jaga,” jelas Bahlil.
Dampak Optimalisasi Sumur Tua di Blora Bagi Ekonomi Daerah
Optimalisasi sumur tua di Blora juga dinilai strategis dari sisi efisiensi, karena memanfaatkan infrastruktur dan cadangan yang telah ada. Pemerintah menargetkan kontribusi produksi dari sumur tua dan sumur rakyat akan terus meningkat secara bertahap, dan menjadi penopang penting dalam mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari.
“Setelah saya mengecek, satu sumur masyarakat itu bisa mendapatkan tiga barel sampai dengan lima barel,” jelas Bahlil.
Ia menjelaskan bahwa satu barel setara 159 liter, sehingga tiga barel hampir mencapai 500 liter. Dengan harga ICP USD70 per barel dan asumsi porsi bagi hasil 70%, setiap barel menghasilkan sekitar USD49. Artinya, dalam sehari satu sumur bisa meraup sekitar USD147–dibulatkan menjadi USD 150–atau setara lebih dari Rp 2 juta.
Selain menyumbang produksi minyak nasional, adanya aturan sumur tua dan masyarakat juga menyerap banyak tenaga kerja. Dengan demikian, perputaran ekonomi masyarakat terkait sumur-sumur rakyat ini memberikan dampak positif yang nyata.
“Satu sumur tenaga kerjanya itu bisa 10 orang. Jadi ini menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Terus pendapatan masyarakat perputaran ekonominya ada,” tegas Bahlil.
Menteri ESDM Bahlil menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, perusahaan migas, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mewujudkan visi ketahanan energi yang berkelanjutan, sekaligus mendorong inovasi teknologi dan investasi di sektor energi agar Indonesia dapat menjadi negara yang mandiri dan berdaulat dalam penyediaan sumber energi strategis.
Sebagai informasi, di wilayah kerja Lapangan Cepu terdapat delapan struktur sumur produksi aktif yang dikelola melalui kerja sama antara Pertamina EP selaku KKKS dengan mitra lokal seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Struktur tersebut antara lain Wonocolo, Dandangilo, Ngrayong, Ledok, Semanggi, Banyubang, Gegunung, dan Gabus.
Kunjungan Menteri ESDM Bahlil ke sumur tua di Blora tersebut juga menjadi simbol keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam secara optimal demi mendukung pembangunan nasional yang inklusif dan berwawasan lingkungan.***