Cerita di Balik Sumur Magung Desa Ledok Blora: Minyak Bumi dan Kasultanan Pajang

KABARCEPU.ID – Sumur Magung Desa Ledok Blora sebelumnya bernama Sendang Magung, sebuah sendang di tengah hutan jati yang telah lama dikenal sebagai penghasil minyak bumi (lengo).

Jauh sebelum era kolonial Belanda mendominasi sektor minyak bumi di Nusantara, masyarakat Jawa, khususnya di wilayah yang kini dikenal sebagai Blora, telah memiliki pengetahuan dan memanfaatkan sumber daya alam ini sejak zaman kerajaan.

Sendang magung terletak kawasan hutan KPH Cepu, turut wilayah Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Menurut peneliti Sejarah asal Blora, Totok Supriyanto, keberadaan sendang ini tercatat di dalam manuskrip lama berdujul Cariyos Pasareyan Dusun Janjang.

Manuskrip itu menerangkan tentang sebuah pengembaraan seorang kerabat Hadiwijaya bernama Andon Lelono. Tokoh ini kemudian sekarang lebih dikenal sebagai Jatikusuma, yang dimakamkan di Janjang, Blora.

Minyak dari Sendang Magung, telah dimanfaatkan oleh warga setempat untuk berbagai keperluan, termasuk penerangan dan menyalakan api, jauh sebelum Adrian Stoop pertama kali melakukan eksplorasi minyak bumi, dan mengebor sumur pertamanya di lokasi ini.

Lengo atau Latung mempunyai sifat yang lebih ringan dibandingkan dengan air. Sifat ini dikenal sejak lama. Sehingga pada masa itu, warga mengambil minyak bumi dengan cara tradisional.

Memanfaatkan daun alang-alang yang diikat dan dimasukkan ke dalam sendang. Ketika diangkat, latung akan terjebak di daun alang-alang, sementara air akan menetes, itulah cara memisahkan air dengan Latung.

Minyak yang telah diangkat dari dalam sendang lalu dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari buluh bambu, untuk kemudian dibawa ke penampungan.

Totok Supriyanto, menambahkan, minyak bumi tidak hanya diperoleh di sendang Magung, tetapi ada 5 sendang lagi di sekitar Magung yang telah dikelola warga bersama petinggi Ledok.***

Back to top button