KABARCEPU.ID – Di era transisi energi yang penuh tantangan, Pertamina Hulu Energi (PHE) tampil terdepan dengan strategi jitu untuk menjawab kebutuhan energi nasional yang berkelanjutan.
Mengusung dekarbonisasi sebagai pilar utama, PHE tak hanya berkomitmen pada kelestarian lingkungan, tetapi juga memastikan ketahanan energi nasional di masa depan.
Proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB) menjadi bukti nyata kesuksesan PHE dalam mengoptimalkan potensi gas bumi sebagai energi transisi.
Kemampuannya yang stabil dalam menghasilkan 192 MMSCFD gas bumi menjadikannya kunci penting dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.
Lebih dari itu, PHE terus berinovasi dengan mengeksplorasi peluang baru dalam bisnis CCS dan CCUS, membuka gerbang menuju masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
“Kami menyadari bahwa di saat ini industri hulu migas harus bisa menjawab peluang dengan menjalankan green operation sebagai bagian dari green strategy perusahaan,” jelas Corporate Secretary PHE, Arya Dwi Paramita, dalam Media Gathering Pertamina EP Cepu di Bandung, Senin 3 Mei 2024.
Disampaikan, PHE mempunyai strategi energi transisi berupa gas transition, decarbonization, serta potential new business carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization & storage (CCUS).
Tantangan yang dihadapi oleh industri hulu migas saat ini, kata dia, adalah ketahanan energi nasional. Dimana permintaan akan kebutuhan energi fosil diperkirakan akan terus meningkat hingga 2050 walaupun terdapat perubahan komposisi bauran energi.
Adanya peningkatan persentase penggunaan gas sebagai energi fosil yang bersih, menunjukkan bahwa gas sebagai energi transisi berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.
Menjawab kebutuhan energi transisi, Pertamina menjalankan berbagai project untuk mengembangkan gas, salah satunya adalah Jambaran – Tiung Biru (JTB) yang berada di wilayah kerja Zona 12 Regional Indonesia Timur.
Saat ini JTB berhasil mencatat capaian produksi full capacity 192 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dengan stabil untuk jangka waktu yang panjang.
Sementara itu, senada dengan Arya, Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas, Nyimas Fauziah Rikani, juga menjelaskan mengenai perkembangan industri migas saat ini.
“Industri hulu migas mempunyai peran yang penting sebagai sumber penerimaan negara. Kami mempunyai strategi utama untuk mencapai target produksi nasional 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 milyar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2033,” terang Nyimas Rikani.***